Salam Lestari (4) : Sakura dari Gunung Gede Pangrango
Tulisan ini juga udah dimuat di Koran Tempo, 8 April 2010. Yah, blog ku jadi ga kosong-kosong amat sementara ga ada ide tulisan..hehe. Ini tulisanya soal bunga unik di Hutan Sarongge, Gunung Gede Pangrango
---
Tumbuhan perdu setinggi sekitar 2 meter itu memiliki bunga putih menyala. Bunga yang bermekaran di kanan dan kiri jalan setapak seperti membuat pagar di Hutan Sarongge. Tempo bersama para adopter pohon menyusuri Sarongge, yang terletak di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Bunga cantik laksana sakura di Jepang itu adalah bubukuan (Strobilantus cernua). Tumbuhan endemik di taman nasional ini hanya berbunga tujuh tahun sekali. "Setelah mekar, bubukuan mati dan lalu tumbuh kembali dan mekar tujuh tahun kemudian," kata Amin, warga setempat yang menjadi penunjuk jalan sekaligus interpreter rombongan kami.
Bunga bubukuan adalah salah satu dari kekayaan alam yang ada di Hutan Sarongge. Selain bunga unik itu, ada tanaman langka seperti kantong semar (Nephentes sp), paku-pakuan, dan berbagai macam anggrek. Di kawasan Gunung Gede Pangrango ada sekitar 102 jenis anggrek, salah satunya adalah anggrek bajing (Liparis palida) yang ada di Sarongge.
Di hutan ini juga ada berbagai macam tumbuhan obat, di antaranya rokat mala (Arteimisia vulgaris), yang bisa digunakan untuk mengobati rematik. Ada juga cecenet (Physallis peruviana) untuk obat sakit pinggang dan pegal linu. Kemudian bungbrun (Poligonum sinensis) untuk obat ketombe serta babadotan (Ageratum meksikanum), yang bisa segera menghentikan perdarahan.
Untuk menahan lapar, ada tumbuhan hutan yang bisa dimakan di Sarongge. Hariang beureum (Begonia robusta), tak hanya cantik bentuknya, batangnya juga bisa menghilangkan dahaga sekaligus mengobati panas dalam. Rasanya manis agak asam. Ada juga konyal atau markisa hutan (Passiflora suberosa) yang bisa dimakan. Paku siur (Cyathea latebosa) juga enak dimakan langsung ataupun dimasak lebih dulu.
Tak hanya kaya akan tumbuhan, Hutan Sarongge dihuni oleh binatang langka. Yang gampang terlihat adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Ada pula surili (Presbytis comata). Hewan yang suka beraktivitas di pagi dan sore hari ini suaranya terdengar gaduh di kejauhan. Selain itu, ada babi hutan (Sus scrofa), yang kerap menyerang kebun petani.
Di perjalanan, Amin juga menujukkan kotoran dan bekas tapak macan tutul (Phantera pardus melas). Binatang buas ini ditengarai ada sekitar dua ekor di Hutan Sarongge. Sementara itu, di langit, tampak dua ekor burung elang ular bido (Spilornis cheela), satwa endemik daerah tersebut.
GES
Bunga cantik laksana sakura di Jepang itu adalah bubukuan (Strobilantus cernua). Tumbuhan endemik di taman nasional ini hanya berbunga tujuh tahun sekali. "Setelah mekar, bubukuan mati dan lalu tumbuh kembali dan mekar tujuh tahun kemudian," kata Amin, warga setempat yang menjadi penunjuk jalan sekaligus interpreter rombongan kami.
Bunga bubukuan adalah salah satu dari kekayaan alam yang ada di Hutan Sarongge. Selain bunga unik itu, ada tanaman langka seperti kantong semar (Nephentes sp), paku-pakuan, dan berbagai macam anggrek. Di kawasan Gunung Gede Pangrango ada sekitar 102 jenis anggrek, salah satunya adalah anggrek bajing (Liparis palida) yang ada di Sarongge.
Di hutan ini juga ada berbagai macam tumbuhan obat, di antaranya rokat mala (Arteimisia vulgaris), yang bisa digunakan untuk mengobati rematik. Ada juga cecenet (Physallis peruviana) untuk obat sakit pinggang dan pegal linu. Kemudian bungbrun (Poligonum sinensis) untuk obat ketombe serta babadotan (Ageratum meksikanum), yang bisa segera menghentikan perdarahan.
Untuk menahan lapar, ada tumbuhan hutan yang bisa dimakan di Sarongge. Hariang beureum (Begonia robusta), tak hanya cantik bentuknya, batangnya juga bisa menghilangkan dahaga sekaligus mengobati panas dalam. Rasanya manis agak asam. Ada juga konyal atau markisa hutan (Passiflora suberosa) yang bisa dimakan. Paku siur (Cyathea latebosa) juga enak dimakan langsung ataupun dimasak lebih dulu.
Tak hanya kaya akan tumbuhan, Hutan Sarongge dihuni oleh binatang langka. Yang gampang terlihat adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Ada pula surili (Presbytis comata). Hewan yang suka beraktivitas di pagi dan sore hari ini suaranya terdengar gaduh di kejauhan. Selain itu, ada babi hutan (Sus scrofa), yang kerap menyerang kebun petani.
Di perjalanan, Amin juga menujukkan kotoran dan bekas tapak macan tutul (Phantera pardus melas). Binatang buas ini ditengarai ada sekitar dua ekor di Hutan Sarongge. Sementara itu, di langit, tampak dua ekor burung elang ular bido (Spilornis cheela), satwa endemik daerah tersebut.
GES
0 Response to "Salam Lestari (4) : Sakura dari Gunung Gede Pangrango"
Post a Comment