Cerita Tugu Lancip, Bangunan Bersejarah Icon-nya Bobotsari
Aku di Antara Sepasang Tugu Lancip (Dok. Pribadi) |
Warga Purbalingga lebih mengenal dengan nama ‘Tugu Lancip’. Lancip dalam Bahasa Banyumasan berarti 'runcing'.
Saya pernah mengulas bangunan tersebut bersama Mas Arif
Nugroho, Tokoh Pemuda Bobotsari yang juga menggemari budaya dan sejarah
nusantara, dua tahun silam. Sayang, sebagian besar dokumentasi foto dan videonya
hilang... hehe. Ini sisanya...
Mas Arif dan Sang Tugu (Dok. Pribadi) |
Bangunan tersebut cukup terkenal dan menjadi salah satu
icon di Kecamatan Bobotsari. Selain ‘lancip’nya
yang menonjol, yang juga menarik adalah relief segitiga kalamakara yang ada di
masing-masing bidang limas.
Pada bagian tengah terdapat relief
‘tumpal’ yang tampak seperti sabuk di ‘pinggang’ tugu tersebut, membatasi antara bidang persegi dan limas.
Pada tumpal itu terdapat
relief seperti rangkaian daun yang disambung dengan
lingkaran, kemudian
ada tunas dan bunga diatasnya. Pada bagian
bawahnya terdapat relief Budha yang berada di masing-masing
sudut kaki tugu. Relief-relief ini bukan berupa
pahatan, namun, merupakan tempelan semen timbul.
Sejarah
Tugu Lancip
Berdasarkan catatan sejarah, Tugu Lancip ini
dibangun pada masa awal pemerintahan Bupati
Purbalingga ke IX, Kanjeng Raden Adipati (KRA) Aryo Soegondo (1925-1949). Ia memperistri B. R. A.
Koesmartinah yang merupakan anak Susuhunan Pakubuwono X. Atas dukungan mertuanya, Ia memprakarsai
rintisan pelebaran jalan raya yang menghubungkan antara Bobotsari-Pemalang,
dari jalan perkebunan menjadi jalan umum.
(Sebagai informasi, saat itu, Purbalingga merupakan
daerah yang masih menginduk kepada Kasunanan Surakarta)
Jadi bisa dibilang tugu itu merupakan tetenger titik mula atau starting point pembangunan
jalan Bobotsari-Pemalang. Jalan yang semula
sempit, kemudian diperlebar hingga sekitar 4 meter, juga diperkeras.
Selain itu, tugu ini digunakan
sebagai perbatasan wilayah perkotaan dan perkebunan.
Sebagaimana diketahui, Bobotsari merupakan ‘kota satelit’ Purbalingga sampai
sekarang. Ada juga pendapat yang menyatakan bangunan itu sebagai pintu gerbang akses
masuk ke perkebunan yang sebagian besar ada di wilayah Karangreja
Saat itu dan era sebelumnya di masa tanam paksa, wilayah
tersebut merupakan penghasil utama komoditas perkebunan seperti kopi, teh,
kina. Perkebunan itu diawasi ketat, salah satunya, melalui
gardu-gardu jaga di sepanjang jalur perkebunan. Salah satu gardu ada yang letaknya
di dekat Tugu
Lancip, hanya sayang sudah hancur tak berbekas.
Cerita soal gardu tanam paksa sudah saya tulis yang bisa
dibaca disini.
Pemindahan Tugu Lancip (kecamatanbobotsari.purbalinggakab.go.id) |
Jika awal mulanya, Tugu Lancip dibangun sebagai penanda
pembangunan dan pelebaran jalan baru. Perkembangan jaman juga yang menyebabkan tugu itu digeser. Adalah proyek pelebaran jalan Purbalingga-Pemalang pada
2015 yang kemudian menggeser posisi sepasang tugu tersebut sejauh 1,5 meter melebar ke kanan
dan ke kiri dari posisi semula.
Percampuran Hindu dan Budha
Hal yang uniik dari tugu tersebut adalah percampuran Budaya Hindu dan Budha dalam relief-reliefnya. Motif Kalamakara yang ada di badan tugu lancip merupakan tiruan relief khas pada bagian atas pintu candi di
Jawa era Hindu-Budha. Misalnya, kalamakara yang ada di atas pintu masuk
Candi Borobudur dan banyak candi lainnya.
Kalamakara di Pintu Candi Borobudur (wikipedia.com) |
Ornamen Kala-Makara
yaitu berupa kepala
raksasa Kala yang
sangat menyeramkan dengan dua
taring yang menjorok
keluar dan juga
matanya yang melotot, kemudian di
sisi kanan dan kirinya dihiasi seni sulur-suluran yang pada ujungnya ada
makara. Makara sendiri
merupakan makhluk yang
wujud luarnya berupa gabungan
antara naga, buaya,
gajah bertubuh ikan
atau ikan raksasa. Ornamen ini
dibuat seolah-olah untuk menakut-nakuti
atau mengusir siapapun yang datang ke bangunan suci (candi)
dengan niat buruk
(Kempers, 1959)
Kemudian, relief yang ada di kaki tugu mirip dengan relief budha yang ada di dinding-dinding candi. Budha digambarkan pada posisi Bodhisattva Avalokiteswara, yaitu, 'Sang Budha Penolong' yang dengan satu kaki terlipat dan kaki lainnya menjuntai ke bawah. Reliaf budha pada posisi tersebut jamak
ditemukan di candi-candi termasuk di India. Jika di Jawa, contohnya ada di Candi Mendut.
Relief Budha di Tugu Lancip (Dok. Pribadi) |
Arca Budha Bodhisattva Avalokiteswara di Candi Mendut (wikipedia) |
Jadi, relief Kalamakara dan Bodhisattva
Avalokiteswara pada tugu lancip meniru ornamen di candi Hindu-Budha. Hanya saja jika pada
candi merupakan pahatan batu. Ornamen di tugu lancip hanya bentukan dari semen biasa.
Kaya kue lur, sekilas cerita lan sejarahe Tugu Lancip, Bobotsari. Semoga manpangat yaaa...
Ahaii... Serrr
Ahaii... Serrr
Rujukan :
Kempers 1959, dalam Fungsi dan Makna Kalamakara Pada Bangunan Candi di Jawa Masa Hindu-Budha, M.Yunus dkk, Skripsi Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang.
Situs Wikipedia tentang Kalamakara dan Bodhisattva Avalokiteswara
Artikel berita pergeseran Tugu Lancip, Radar Banyumas, 19 Juni 2015
Spesial thanks to Mas Arif Nugroho dan Wiji Sutanto (Blakasuta), Anita Wiryo Raharjo (Blogger Sejarah) dan Mas Ganda Kurniawan (Sejarawan)
Kempers 1959, dalam Fungsi dan Makna Kalamakara Pada Bangunan Candi di Jawa Masa Hindu-Budha, M.Yunus dkk, Skripsi Jurusan Sejarah, Universitas Negeri Malang.
Situs Wikipedia tentang Kalamakara dan Bodhisattva Avalokiteswara
Artikel berita pergeseran Tugu Lancip, Radar Banyumas, 19 Juni 2015
Spesial thanks to Mas Arif Nugroho dan Wiji Sutanto (Blakasuta), Anita Wiryo Raharjo (Blogger Sejarah) dan Mas Ganda Kurniawan (Sejarawan)
0 Response to "Cerita Tugu Lancip, Bangunan Bersejarah Icon-nya Bobotsari"
Post a Comment