Misteri Candi Wurung, ‘Gunung Padang’ dari Purbalingga
Tumpukan
batu terserak begitu banyak di puncak bukit. Batu-batu itu nampak seperti sudah
dibentuk dengan berbagai ukuran dengan penampang yang sudah cukup halus.
Rata-rata berbentuk balok persegi panjang, ukurannya sekitar setengah sampai 3
meter.
Warga
setempat menyebutnya sebagai Candi Wurung yang ada di Desa Ponjen, Kecamatan
Karanganyar, Kabupaten Purbalingga. Wurung
dalam Bahasa Jawa berarti gagal atau tidak selesai. Situs tersebut memang
tampak seperti sebuah bangunan masa lampau entah candi, punden berundak atau
bangunan batu lainnya yang tidak kelar dibangun.
Jika
menilik peninggalan batuannya, saya melihat kemiripan dengan Situs Gunung
Padang, Cianjur yang mengemparkan beberapa waktu lalu. Sama-sama bukit yang
dipenuhi batu yang patut diduga sudah melalui proses pengolahan dan merupakan
bangunan di masa lampau.
Kemudian
melihat sebaran temuan batuan yang terserak di Candi Wurung, jika itu merupakan
bekas bangunan, maka ukurannya cukup besar. Bisa jadi bukit dengan ketinggian
sekitar 600 m dpl itu isinya batu semua.
Tumpukan Bebatuan di Candi Wurung (Dok.Pribadi) |
Saya
berkunjung ke Candi Wurung pada 28 Desember 2019 lalu ditemani Bram, Amblong.
Saat menuju lokasi, kami didampingi Pak Kades Ponjen yang metal dan baik hati beserta
pemuda desanya.
Lokasi
Candi Wurung cukup tersembunyi. Untuk mencapainya, dari Dukuh Kepyar, lokasi
terdekat yang bisa dilalui kendaraan, harus dilanjutkan dengan jalan kaki.
Perjalanan sekitar 1 jam melewati pematang sawah kemudian jalan setapak yang
cukup menanjak dan terjal menembus kebun warga dan hutan rakyat. Candi
Wurung sudah masuk di lahan milik Perhutani yang tepat berbatasan dengan lahan
garapan warga.
Sampai
saat saya berkunjung kesana, belum ada penelitian dari pihak manapun mengenai
Candi Wurung sehingga gunungan batu itu masih misterius. Apakah memang candi yang
berasal dari era Hindu-Budha atau bangunan yang jauh lebih tua, piramid
misalnya, seperti diduga di Gunung Padang atau hanya fenomena geologi biasa.
Sebagai
informasi, Desa Ponjen juga merupakan lokasi Situs Tipar yang masuk dalam Buku Atlas Prasejarah Indonesia. Situs
Tipar memiliki nilai penting dalam peradaban purba di nusantara dan sejajar
dengan situs-situs era ‘Flinstone’ yang lebih terkenal seperti Trinil, Pati
Ayam, Sangiran dan lainnya. (Saya sudah menulis artikel tentang Situs Tipar yang bisa dibaca disini)
Pada Tahun 1981, arkeolog dari Pusat Penelitian dan
Pengembangan Arkeologi Nasional dan Balai Penelitian Arkeologi Yogyakarta yang
dipimpin oleh Prof. Harry Truman Simanjuntak meneliti Situs Tipar dan
menyimpulkan situs tersebut sebagai pusat perbengkelan zaman megalitikum. Namun
saat itu, mereka belum sampai meneliti Situs Candi Wurung yang masih berlokasi
di desa yang sama.
Saya dan Pak Yusroji di Candi Wurung (Dok.Pribadi) |
Yusroji,
70 tahun, sesepuh setempat menyebutkan Candi Wurung sudah ditemukan sejak lama.
Yusroji yang memiliki garapan tepat berbatasan dengan Candi Wurung menyebut
lokasi situs tersebut sebagai “Wana Sepuh” (Dalam Bahasa Jawa, ‘wana’ berarti
hutan, ‘sepuh’ berarti tua). Menurut
Yusroji, warga setempat cukup mengeramatkan Candi Wurung dan kerap menjadi
tujuan orang yang mencari jimat.
Ada
cerita menarik mengenai penyebab candi tersebut gagal diselesaikan. Menurut cerita
turun-temurun yang dituturkan Yusroji, wurung-nya
bangunan batu tersebut karena para jin yang bertugas membangunnya tak bisa
memenuhi tenggat waktu penyelesaian yaitu sebelum mentari terbit. “Saat
matahari terbit bangunan belum selesai dan kemudian ditinggalkan, istilahnya
kena kepyar,” ujar Yusroji.
Oleh
karena kejadian itulah maka dusun terdekat dengan Candi Wurung diberi nama
Dusun Kepyar. Kata kepyar dalam
Bahasa Jawa bisa berarti ‘terang’.
Selain
cerita soal jin yang gagal bangun karena keburu siang juga ada kisah yang
berkembang bahwa lokasi tersebut merupakan tempat pengolahan batu yang
digunakan untuk membangun Candi Borobudur dan candi-candi di Dataran Tinggi
Dieng. Ada pula kisah batuan itu akan digunakan untuk menjadi lantai Masjid
Demak di era Wali Sanga.
Ada-ada
saja yaa.. hehe
Gunung Padang, Cianjur, Penulis Pernah Kesana pada 2007 silam |
Namun,
yang jelas situs itu sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Pemerintah dan
akademisi perlu segera turun tangan untuk menguak misteri ‘Gunung Padang’-nya
Purbalingga itu. Saat
ini, pemerintah desa setempat sudah berkomitmen akan merawat dan menjaga Candi
Wurung. Area sekitarnya mulai dibersihkan dari semak-semak dan sudah ada
himbauan kepada segenap warga untuk tidak merusak situs berharga tersebut. Perawatan
dan perbaikan akses jalan juga akan dianggarkan dalam APBDes.
“Kami
berkomitmen untuk merawat situs ini, kita akan anggarkan untuk perawatan dan
pengembangan menjadi untuk menjadi tujuan wisata alam, sejarah sekaligus religi
di desa kami,” ujar Kepala Desa Ponjen Romidi.
Pak Kades Ponjen Yg Metal dan Baik Hati (Dok.Pribadi) |
Setelah
kunjungan kami dan publikasi Vlog Candi Wurung yang kami buat di Youtube, Pak Kades
berinisiatif untuk mengirimkan surat kepada
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah dengan Nomor
17/PEMDESPONJEN/I/2020 tanggal 13 Januari 2020. Hal itu ditindaklanjuti pada 21
Januari 2020, Tim BPCB Jateng melakukan survei lokasi dengan Surat Tugas Nomor:
0659/F7.4/KP/2020. Hasil lengkapnya disini.
Selain mengunjungi Candi Wurung, Tim BPCB Jateng juga meninjau
artefak Yoni yang ada di Desa Ponjen. Hasilnya, untuk artefak Yoni, BCCB
menyimpulkan merupakan peninggalan dari era kebudayaan Hindu. Sementara,
terkait Candi Wurung, BCPB menyimpulkan bahwa itu merupakan fenomena geologi
biasa yang disebut dengan columnar joint.
Hmmhh,
saya pribadi masih penasaran dengan Candi Wurung. Apakah sekedar fenomena
geologi ataukah sebuah candi, piramid, bangunan purbakala lainnya?
Bagi
saya, Candi Wurung masih terselimuti kabut misteri yang menanti untuk disingkap.
Serr...
Yuks, Jelajahi Purbalingga.. hehe |
0 Response to "Misteri Candi Wurung, ‘Gunung Padang’ dari Purbalingga"
Post a Comment