Jejak Batalyon ‘Susu Bendera’ di Purbalingga
Sebuah
plakat peringatan berisikan daftar tentara yang meninggal dalam perang terpajang
rapi di National Herdenkingspark Roermond atau Taman Memorial Nasional Roermond, Limburg, Belanda. Tempat itu serupa
Taman Makam Pahlawan yang dibangun untuk menghormati martir dalam perang.
Wij
Eren en Gedeken, 'Kami Menghomati dan Mengingat', tergores di
plakat itu untuk mengenang kepergian mereka.
Nama,
umur, kapan dan dimana mereka meninggal tertulis dengan jelas di plakat. Pada
keterangannya tercatat mereka merupakan anggota pasukan Batalyon 1, Resimen
Infanteri ke-9, Tentara Kerajaan Belanda yang tewas dalam perang di Hindia
Belanda (Indonesia) antara 1945-1948.
Ada
29 serdadu yang tercatat dalam plakat itu. Nah, yang menarik bagi saya, lokasi
tewasnya para prajurit itu sangat familiar, sebab merupakan nama-nama kota di Indonesia,
beberapa diantaranya bahkan di Purbalingga.
Tentara
bernama J.Leenstra dan M. Rekker meninggal pada 10-03-1948 di Padamara.
Kemudian, F.T Salverda yang tewas pada 02-10-1947 di Poerbalingga. Lokasi yang
lain, meski di kabupaten tetangga, juga dekat dan berbatasan dengan
Purbalingga, seperti, Klampok (Banjarnegara), Belik (Pemalang) dan Soekaradja
(Banyumas). Selebihnya, nama daerah di Jawa Barat seperti Bandoeng, Boeahbtoeh,
Oedjongbroeng, Tjilampeni dan Dajaeuhkolot.
Para
serdadu ini rupanya merupakan bagian dari pasukan yang dikirim ke Indonesia pasa
agresi militer Belanda ke I dan II. Mereka adalah kesatuan dengan kode 1.9-RI, Bataliyon
1, Resimen Infantri ke 9. Bataliyon ini lebih dikenal dengan ‘Bataljon Friesland’ atau Bataliyon Friesland.
Emblem Seragam Militer Bataljon Friesland (Dok : indie-1945-1950.nl) |
Friesland
atau Frisia merupakan sebuah provinsi di utara Belanda dengan ibu kota Leeuwarden.
Provinsi yang dikenal sebagai pusat koperasi peternak sapi perah terbesar di
dunia itulah asal muasal para serdadu Bataliyon 1.9-RI a.k.a Bataliyon
Friesland itu.
Sampai
sini kok jadi familiar yaa? Hehe.
Yap,
betul, susu!
Friesland
dikenal dengan produk susunya dan Friesche Vlag atau Frisian flag (Bendera
Frisian) adalah merek sebuah susu ternama di negeri ini. Kita mungkin lebih
familiar lagi dengan Susu Bendera. Sebab, kalengnya atau kemasannya khas, bergambar bendera berstrip
diagonal putih dan biru, kemudian ada logo seperti love berwarna merah pada
strip-strip tersebut.
Nah,
propinsi itulah yang menjadi asal pabrik susu yang dikenyot oleh jutaan
anak-anak Indonesia gaes... 'susu saya susu benderaaa...'
Bendera Provinsi Friesland, Familiar yaa? (Dok : wikipedia) |
Jadi,
sebelum serdadu-serdadu dari Bataliyon Friesland itu hadir di nusantara, produk
susunya lebih dulu ‘menjajah’ negeri ini. Adalah De Cooperatve Condensfabriek Friesland yang mengimpor susu dengan
merek Friesche Vlag ke Hindia Belanda sejak 1922. Artinya, 23 tahun sebelum Indonesia
Merdeka yang memicu Agresi Militer Belanda, susu dari Friesland sudah sampai di
Indonesia.
Pabrik
susu Friesche Vlag alias Frisian Flag pun terus eksis di nusantara. Kemudian, agar lebih
diterima masyarakat lalu diberi merek ‘Soesoe
Tjap Bendera’. Perusahaan itu terus berkembang, meski Belanda hengkang, koorporasinya
tidak dan terus eksis sampai sekarang.
Soesoe Tjap Bendera yang diimpor dari Friesland, Belanda (Dok : frisianflag.com) |
Kembali
ke kiprah Bataliyon ‘Susu Bendera’ eh Bataliyon Friesland
Bataliyon
ini cukup banyak tercatat dalam arsip belanda, bahkan, mereka memiliki buku sendiri
yang menceritakan sepak terjangnya di Indonesia. Buku itu berjudul Friesland Was Hier : De Lotgetvalent van
1-9-RI. Bataljon Friesland 1945-1948 atau ‘Friesland Ada Disini :
Petualangan 1-9-RI Bataliyon Friesland 1945-1948’ yang ditulis oleh T.Kingma
dan diterbitkan di Leeuwearden.
Cover Buku Frieslad Was Hier (Dok : indie-1945-1950.nl) |
Dikisahkan pada buku itu, Bataljon Friesland didirikan di
Fochteloo, Provinsi Frisia, Belanda 16 September 1945. Setelah mendapatkan
persenjataan dari Wokingham, Inggris, mereka diberangkatkan ke Indonesia menggunakan
kapal Johan van Oldebarneveldt. Setelah mampir di Ipoh, Malaka mereka lalu tiba di
Batavia 29 Maret 1946.
Komandan Bataljon Friesland Letkol E Wiersma (Tengah) (Dok : indie-1945-1950.nl) |
Awalnya, Bataliyon ‘Susu Bendera’ yang masuk di Brigade V
banyak bertugas di Jawa Barat. Tercatat, batalyon yang dipimpin oleh Letkol E. Wiersma ini melakukan operasi militer di Tjimahi, Bandoeng, Bandjaran dan
Soreang.
Setelah Jawa Barat dirasa aman, mereka mulai diarahkan
operasi menuju Jawa Tengah. Pada 22 Juli 1947 mereka terlibat dalam serangan
kilat di Soemedang, Cheribon, sampai di Losari dan Brebes.
Pada
27 Juli 1947, setelah operasi di Cheribon mereka dipindahkan ke Brigade W.
(Sepak terjang Brigade W sudah saya tulis pada artikel sebelumnya disini).
Bataliyon ini lalu mengarah ke Slawi untuk maju ke selatan melintasi Goenoeng
Slamet. Pada tanggal 29 Juli 1947, mereka sudah sampai di Belik (Pemalang) dan
menuju Bobotsari lalu merangsek Poerbalingga.
Bataliyon
inilah disambut dengan perlawanan sengit Pejuang Republik sejak masuk
wilayah Bumi Perwira. Rakyat dan tentara bahu membahu menghambat laju mereka dengan menebang
pohon dan melintangkannya di jalan. Serangan sporadis juga dilakukan di Bobotsari. Namun, hal itu tak cukup menjadi penghalang
armada tempur mereka dan sampailah di Purbalingga.
Pada
31 Juli 1947 terjadilah pertempuran seru saat mereka hendak melanjutkan
perjalanan ke Banyumas via Kalimanah-Sokaraja. Bataliyon ini dicegat di daerah
Sidakangen-Blater-Jompo oleh tentara republik dan terjadi pertempuran sengit
disitu. Pertempuran inilah yang dikenal dengan Perang Blater alias Battle of
Blater yang menyebabkan gugurnya 28 prajurit republik dan penduduk setempat.
Kisah
pertempuran itu sudah saya tulis sebelumnya yang bisa dibaca disini
Setelah
melewati pertempuran sengit di Blater, sebagian kekuatannya, yaitu kompi 3 dan
4, dipecah ke Banjoemas untuk mengamankan jembatan penting di Rawalo. Mereka
kembali ke Poerbalingga di malam harinya.
Pada
1 Agustus 1947, kompi 1 dan 2 ikut ambil bagian dalam mengamankan Tjilitjap dan
juga kembali lagi ke Poerbalingga. Kompi 1 dan 4 pergi ke Gombong bersama
pasukan Infantri V KNIL. Kemudian kompi ke 3 mengambil alih keamanan Bandara
Wirasaba. Setelah itu mereka juga ikut dalam aksi di Banjarnegara dan kehilangan beberapa prajurit saat disergap di Klampok.
Selebihnya,
Bataliyon tersebut cukup lama mengamankan wilayah Purbalingga dan Banyumas.
Mereka memiliki pos pengamanan di Boekatedja, Bobotsari dan Sukkaredja.
Sejarawan
Muda Purbalingga, Ganda Kurniawan menganalisa salah satu gambar yang ada pada Buku Friesland Was Hier berlokasi di gedung yang saat ini menjadi SMP Negeri 1
Purbalingga. Pada foto itu jelas terlihat Bendera Friesland berkibar pada
sebuah tiang yang berada di depan gedung itu.
Nukilan Buku Friesland Was Hier, Tampak Bendera Bataljon Friesland Berkibar di Gedung yang ada di Purbalingga (Dok : catwiki.eu) |
Beberapa
saat kemudian, tugas mereka selesai di Indonesia. Pada 7 Juni 1948,
bataliyon ini berangkat ke Batavia untuk kemudian dipulangkan ke negaranya.
Kaya
kue gaes, ceritane Bataliyon ‘Susu Bendera’ nang Purbalingga lan sekitare, tentarane si wis langka tapi susune esih dikenyot terus wong Indonesia... rika wis tau nginum mbok Susu Bendera?
Serr...
Catatan :
Sumber tulisan adalah nukilan Buku Friesland Was Hier, Kisah Batalijon Friesland yang saya baca disini dan referensi dari Sejarawan Muda Purbalingga, Mas Ganda Kurniawan. Catatan tentang sejarah Susu Bendera dari frisianflag.com dan sejarah Provinsi Friesland dari wikipedia.
PS :
Bagi yang menyadur tulisan ini, monggo,saya izinkan. Namun, mohon cantumkan sumber dan tautan link artikel ini yaa... Maturnuwun
Serr...
Catatan :
Sumber tulisan adalah nukilan Buku Friesland Was Hier, Kisah Batalijon Friesland yang saya baca disini dan referensi dari Sejarawan Muda Purbalingga, Mas Ganda Kurniawan. Catatan tentang sejarah Susu Bendera dari frisianflag.com dan sejarah Provinsi Friesland dari wikipedia.
PS :
Bagi yang menyadur tulisan ini, monggo,saya izinkan. Namun, mohon cantumkan sumber dan tautan link artikel ini yaa... Maturnuwun
0 Response to "Jejak Batalyon ‘Susu Bendera’ di Purbalingga"
Post a Comment