Sepak Terjang Brigade-W di Purbalingga
Brigade W dalam Perjalanan dari Goemiwang ke Bandjarnegara, 21 Desember 1948 (Dok : www.alamy.com) |
Purbalingga
atau yang dulu dikenal dengan Poerbolinggo meski hanya kota kecil di kaki
Gunung Slamet namun seringkali masuk dalam catatan atau buku-buku Belanda.
Salah satunya, dalam sebuah buku berjudul ‘De
W. Van Williem : Kroniek van een Brigade’ karya H.J. Neuman atau jika
dibahasakan ‘Kisah Sebuah Brigade’.
Brigade
itu bernama Brigade-W, huruf W
merupakan inisial dari Williem, nama pangeran di Kerajaan Belanda. Brigade
merupakan kesatuan tentara yang membawahi bataliyon-bataliyon.
Badge di Seragam Militer Brigade W (Dok : www.hetdepot.com) |
Buku setebal 153 halaman tersebut mengisahkan sepak terjang Brigade-W, sebuah kesatuan tempur KNIL (Koninklijke Nederlandsch Indische Leger) alias Tentara Kerajaan
Hindia Belanda yang ikut serta dalam operasi Agresi Militer Belanda I dan II di
nusantara. Belanda tak rela tanah jajahanya meraih kemerdekaan sehingga puluhan
ribu serdadu diterjunkan untuk merebut kembali Jamrud Khatulistiwa.
Brigade-W
ini merupakan kesatuan berkekuatan ribuan tentara, baik berkebangsaan Belanda atau
negara eropa lainnya maupun pribumi, yang melaksanakan operasi militer di Jakarta,
Banten, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Mereka bertempur dengan pejuang republik
yang mempertahankan kemerdekaan negaranya di berbagai front pertempuran.
Cover Buku Kisah Brigade W (Dok : indie-1945-1950.nl) |
Buku
tersebut menceritakan fragmen-fragmen Brigade-W sekira empat tahun petualangan
mereka di Indonesia pada 1946-1949. Selain cerita pertempuran, diceritakan juga
peristiwa sosial-budaya yang terjadi di Indonesia, juga peristiwa sederhana
semacam pesiarnya mereka di tempat hiburan, main ke pantai ataupun kala menikmati
pemandangan indahnya negeri ini.
Purbalingga
merupakan salah satu wilayah dari sekian banyak tempat yang menjadi lokasi
operasi Brigade-W. Kesatuan yang dikirimkan ke Purbalinga, diantaranya
Bataliyon Infanteri Gajah Merah yang bertempur di Lamuk pada Juli 1949, Bataliyon Friesland yang bertempur di Palagan Blater, juga kemungkinan ada
Batalyon Tokek.
Emblem di Seragam Militer Bataliyon 'Tokek', Brigade W (Dok : hetdepot.com) |
Pertempuran Lamuk dan Palagan Blater sudah
saya tulis sebelumnya di blog saya.
Sementara batalyon dengan emblem bergambar
Tokek sehingga diberi julukan 'De Tokehs' diceritakan dalam situs Belanda www.hetdepot.com
bertajuk ‘Het Vergeten Leger’ atau ‘Tentara yang Terlupakan’. Bataliyon berjulukan
unik ini dicatat wilayah operasinya adalah Batavia, Tanggeran, Poerwokerto,
Keboemen, Poerworedjo, Adjibarang, Ketanggoeng dan Blora.
Fragmen
Brigade-W di Purbalingga diceritakan pada buku tersebut di halaman 139 melalui
sebuah foto ang menceritakan pertukaran tawanan perang. Momen itu terjadi di Bobotsari
pada akhir agresi militer Belanda ke II.
Berikut
keterangannya pada foto tersebut :
“Op 9 September 1949 werden
bij Bobotsari, in aanwezigheid van de
militaite waarnemers, krijgsgevangenen van de “W” Brigade en de T.N.I. tegen
elkaar uitgewisseld. Hier spreekt ........de Majoor T.N.I. Brotosiswojo zijn
manschappen toe”.
Saya
alihbahasakan via google translate :
“Pada 9 September 1949, di dekat Bobotsari, di hadapan
para pengamat militer, para tawanan perang Brigade “W” dan T.N.I. saling
dipertukarkan. Di sini berbicara ........ Mayor T.N.I. Brotosiswojo menambahkan
pulpennya (tanda tangan)”.
Batalyon tentara republik yang diberi nama sesuai
pimpinannya, Mayor Brotosiswoyo merupakan kesatuan yang bertanggung jawab di wilayah
Purwokerto dan Purbalingga saat perang kemerdekaan.
Cerita tentang pertukaran tawanan tersebut juga
diceritakan dalam Buku Alm Tri Atmo, "Darah Gerilyawan : Jejak Perjuangan
Gerilyawan Purbalingga". Tawanan dari pihak belanda yang dipertukarkan saat itu
sebanyak 12 orang serdadu KNIL yang semuanya berkebangsaan Belanda / Eropa.
Tentara Republik jarang menahan hidup-hidup tentara
KNIL yang berasal dari pribumi, sebab mereka umumnya adalah tentara rendahan
namun kejamnya melebihi serdadu Belanda. Oleh karena itu, serdadu yang disebut
para pejuang sebagai ‘Londo Ireng’
itu biasanya langsung ditembak mati jika tertangkap.
Serdadu Belanda yang ditawan itu hasil penyergapan
oleh Kompi Pujadi pada salah satu pertempuran di wilayah Purbalingga. Mereka
kemudian disembuyikan di markas republik di Desa Makam, Rembang.
Saat pertukaran terjadi, Tri Atmo menceritakan pada
bukunya sebuah momen mengharukan saat pejuang republik bertemu dengan rekannya
yang ditawan Belanda, salah satunya adalah Letnan Sumendro. Kapten Kusworo,
teman dekat Letnan Sumendro tak kuasa menahan tangis saat mereka bertemu.
Keduanya berpelukan erat sambil bercururan air mata, sebab masing-masing tak
menyangka bisa bertemu kembali.
Kapten Kusworo merupakan perwira utama pejuang republik dalam Pertempuran Lamuk.
Notes : saat tulis momen ini inyong terharu beneran lho...
Kembali ke Buku Kisah Brigade W. Pada lampiran buku
juga tercatat dengan detail nama-nama tentara yang meninggal dalam pertempuran.
Nama, pangkat, nomor, kapan dan dimana meninggalnya. Tak hanya tentara yang
berkebangsaan Belanda, tentara KNIL dari kalangan pribumi pun tercatat dengan
jelas.
Oleh karena itu, selain nama-nama Belanda/Eropa, dapat
dengan mudah dijumpai nama serdadu Belanda dari etnis Jawa seperti Slamet,
Sujono, Sanbardi dalam daftar tentara KNIL yang meninggal. Kemudian ada marga
Ambon, Manado, Batak, juga, Etnis Tionghoa.
Pada lampiran buku tersebut tercatat pada 1946, ada 56
orang tentara Brigade W yang tewas dalam berbagai palagan pertempuran. Pada 1947
ada 54 orang, pada 1948 ada 46 orang dan pada 1949 ada 155 orang tentara yang
tewas dalam pertempuran.
Daftar Pasukan Brigade W yang Meninggal, Nomor 33-36 tercatat Tewas di Bobotsari (Nukilan Buku Kroniek van een Brigade) |
Palagan Purbalingga banyak juga merenggut nyawa
tentara KNIL, sebagian besar bahkan berkebangsaan Belanda yang tentu saja
secara kepangkatan militer biasanya diatas pribumi. Saya menemukan pada deretan
panjang daftar anggota Brigade W yang tewas, diantaranya, empat serdadu Belanda
bernama W.Kuypers, W.A Boons, J.J.H Clement dan C. van Delft yang tewas pada 24
Desember 1948 di Bobotsari.
Kemudian, di District Purbalingga, ada Serdadu KNIL bernama
J. Bravenboer yang meninggal 3 Januari 1949, lalu J. Seekles pada 30 Maret 1949
dan Oei Kie Hong yang tewas disergap Laskar Republik pada 14 Juli 1949.
Pimpinan Brigade W, Kolonel J Breemouer (Nukilan Buku Kroniek van een Brigade) |
Brigade
W, pada 1948-1949 dipimpin oleh Kolonel J Breemouer yang pernah menjadi rekan Kapten Raymond Westerling yang terlibat dalam pembantaian pejuang republik dan penduduk sipil di Sulawesi Selatan. Ia memberikan sambutan pengantar pada buku tersebut yang ditulisnya di Purwokerto
pada 30 November 1949.
Westerling dan Breemouer di Sulawesi Selatan (Nukilan Buku 'Di Belanda Tak Seorangpun Mempercayai Saya' by Maartin Hidskes) |
Perang
memang kejam dan jahat, meski begitu jarang ada pihak yang mau dipersalahkan
meskipun mereka penjajah. Itu pula yang disampaikan oleh Kolonel Breemouer
dalam sambutan di buku tersebut. Mereka tetap merasa tak bersalah dan
menganggap aksi mereka di nusantara merupakan upaya menegakkan ketertiban dan perdamaian
dunia.
Hal
itu tercermin dalam paragrah terakhir tulisanya :
“Moge deze geschiedenis van
onze Brigade uw mooie boekenkast of eenvoudige boekenplank blijven sieren en
gedenk steeds met trots uw tijd, bij de "W" Brigade doorgebracht. En
vergeet vooral hen niet, die het hoogste offer brachten, uw Kameraden, uw
Wapenbroeders, die eens met u er op uittrokken voor de goede zaak, voor Orde en
Vrede’
Saya terjemahkan dengan bantuan google translate sebagai
berikut :
“Semoga sejarah Brigade kami terus menghiasi rak buku
Anda yang indah atau rak buku sederhana dan ingat dengan bangga menghabiskan
waktu Anda dengan Brigade "W".
Jangan lupakan terutama mereka yang melakukan pengorbanan tertinggi, kawan-kawanmu,
Brothers in Arms (saudara seperjuangan) Anda, yang pernah pergi dengan Anda untuk
hal yang baik, untuk Ketertiban dan Perdamaian”
Verdomme!
Sontoloyo Kaou Meneer!!!
Njajah kok ngomonge menegakan perdamaian dunia, perdamaian digilmu othek!
Sumber :
Buku
‘De W. Van Williem : Kroniek van een
Brigade’ versi digital yang saya unduh di situs ini
PS
: bagi yang mau menyadur tulisan saya, silahkan, saya izinkan. Namun, mohon
untuk sebutkan sumber yaa. Saya riset dan menulis artikel ini dari sehabis
sahur sampai lewat dhuhur lho, bonus dingambekin bini dan Gaga.. hehe.
0 Response to "Sepak Terjang Brigade-W di Purbalingga"
Post a Comment