Gan Thian Koeij, Opsir Tionghoa di Purbalingga
Sebuah rumah besar, tampaknya berasal dari era kolonial, yang
berada di Jalan Serma Jumiran No.12, Purbalingga Lor cukup menarik perhatianku.
Rumah bergaya villa bercat kombinasi putih-kuning tua itu masih menyisakan kemegahannya
meski kurang terawat.
Rumah
itu adalah milik Gan Thian Koeij,
seorang tokoh Tionghoa berpengaruh di
Purbalingga. Ia pengusaha, pemimpin komunitas peranakan Tionghoa juga menjadi
anggota Regentschaps Raad, Dewan
Kabupaten di era Pemerintah Hindia Belanda.
Selain itu, Ia menjabat sebagai opsir pemerintahan kolonial
dengan pangkat Letnan (Lieutenant de
Chineezen).
Oleh karena berbagai macam kiprahnya, Gan Thia Koeij cukup
berpengaruh tidak hanya di Purbalingga. Ia bahkan masuk menjadi salah satu
tokoh yang namanya tercatat dalam buku ‘Orang-orang
Tionghoa Terkemoeka di Java’ karya Tang Hong Boen (1936).
Nukilan Buku Orang-orang Tionghoa Terkemoeka di Java |
Gan Thian Koeij lahir di
Purbalingga 10 Oktober 1872 anak sulung Gan Sin Sing, cucunya Gan
Tjhui, buyut dari Gan Hwan, pelarian dari Qishan. Berdasarkan penelusuran Tim
Ahli Cagar Budaya (TACB) Purbalingga, pada umur 9 tahun Ia sekolah Jawa dan beralih ke Sekolah Hokkian di usia 13 tahun.
Pada umur 18 tahun, Ia berhenti sekolah dan mulai berwirausaha dengan menjual
perlengkapan batik di pasar.
Usahanya
berkembang sampai kemudian membuka toko sendiri dengan nama “Toko Gan”. Tokonya
tak lagi hanya menjual perlengkapan membatik tetapi juga alat-alat industri, kramerijen (barang kelontong), provisien en dranken (makanan dan
minuman). Pada 1 Januari 1914, namanya toko berubah menjadi N.V.H. MY. Hiap
Hoo.
Sayangnya,
Toko Gan hanya bertahan hingga 1984 dan dijual ke pihak lain. Toko tersebut
kini terletak di Jl Jenderal Soedirman yang menjadi bengkel Gunawan Motor.
Opsir Tionghoa Sampai Pendiri Sekolah
Seperti
disebutkan diawal Gan Thian Koeij diangkat oleh Pemerintah Kolonial menjadi Wijkmeester (opsir) untuk komunitas
Tionghoa di Purbalingga. Ia merupakan orang Tionghoa pertama yang menerima
jabatan itu di Purbalingga yang diembanya sejak 1927 hingga 1936.
Gan Thian Koeij dan Istrinya (Dok : Meriyati Subroto) |
Meski
opsir / officieren pangkatanya
macam-macam dari Majoor / Mayor, Luitenant / Letnan sampai Kapitein / Kapitan / Kapiten, jabatan
itu sering digeneralisasi menjadi Kapiten. Opsir itu diangkat Belanda untuk
mempermudah hubungan dengan berbagai komunitas pendatang, seperti China, Arab,
India dan lainnya. Seorang opsir, biasanya diangkat dari golongan elite atau beberapa
bahkan diangkat karena jasanya terhadap pemerintah dan masyarakat.
Seorang
Kapiten Tionghoa akan diberi tugas unruk menjembatani pemerintah dengan
komunitas Tionghoa. Seperti menjelaskan peraturan dan perundang-undangan kepada
atau menyelesaikan konflik dalam komunitasnya. Pada perkembanganya mereka
diberi tugas tambahan sebagai penarik pajak untuk komunitasnya.
Jabatan
ini tidak mendapat gaji dari pemerintah namun bergengsi dan memberikan akses
politik dan ekonomi yang besar. Biasanya seorang opsir akan diberi kemudahan
untuk mendapatkan kongsi dagang, hak menjual produk tertentu (candu, miras),
anggota legislatif dan lainnya.
Kemudian,
Gan Thian Koeij adalah pendiri organisasi Tiong Hoa Hwee Koan (THHK), sebuah
perhimpunan Tionghoa yang medirikan sekolah-sekolah dengan pengantarnya bahasa
Cina di seluruh Jawa. THHK juga menerbitkan surat kabar Tionghoa peranakan
dalam bahasa Melayu Tionghoa.
Keberadaan
organisasi itu mempersatukan orang Tionghoa Hindia Belanda dan sekaligus
mengarahkan orientasi kultural dan politiknya ke Negeri Cina. Gerakan ini menimbulkan
cukup meresahkan Pemerintah Hindia Belanda sehingga mengimbanginya dengan
mendirikan Biro Urusan Cina. Biro ini merangkul orang China untuk membendung
pengaruhnya diantaranya dengan membentuk Hollandsche Chineesche School (HCS
– Sekolah Cina Belanda) dan mengatur peredaran surat kabarnya.
Untuk
wilayah Karesidenan Banyumas, THHK berdiri pertama kali di kota Poerbolinggo pada
22 Desember 1905 beranggotakan 48 orang dengan tokoh Gan Thian Koeij dan Sim
Tjing Hien pada 22 Desember 1905. Gan juga tercatat sebagai anggota ke 850 THHK
Batavia (Jakarta).
Gan
Thian Koeij dan keluarganya juga berinisiatif untuk mendirikan Gan English School yang bekerjasama
dengan Methodist Mission yang berada
di Bogor (Buitenzorg). Lembaga Misionaris itu kemudian mengirim Mr. Leroy
Akerson untuk mengajar Bahasa Inggris di Gan
English School.
Leroy
kemudian meninggal di Purbalingga dalam sebuah kecelakaan saat berpesiar di
sungai Klawing bersama muridnya. Kisahnya sudah pernah saya tulis yang bisa
dibaca di sini.
Aksi Buang Taucang sampai
Anggota Dewan Kabupaten
Kalau
suka nonton film kolosal mandarin pasti pernah lihat model rambut tradisional
china yang botak namun disisakan panjang di tengah hingga belakang kemudian
dikepang kucir kuda. Nah, kucir itu namanya Taucang
atau Bianzi yang sudah ada sejak
zaman Dinasti Qing (1644-1911).
Taucang, Model Rambut Ala Wong Fei Hung ( Dok : mmamartialartvideos.com) |
Pada,
penghujung abad 1911, Sun Yat Sen melancarkan Revolusi Xinhai yang berhasil
menumbangkan Dinasti Qing. Ia menolak berkuncir atau taucang itu sebagai bentuk
perlawanan terhadap Dinasti Qing.
Setelah
Republik China berhasil didirikan oleh Dr. Sun maka tradisi itu dihapus di
dataran Tiogkok. Hal itu rupanya menular ke perantauan Etnis Tionghoa di Hindia
Belanda. Gan Thian Koeij turut
menjadi pelopor ke-3 di Jawa untuk aksi membuang taucang ini.
Kemudian,
Gan juga menjadi anggota Regentschaps Raad
(Dewan Kabupaten) Purbalingga pada masa pemerintahan bupati
Raden Mas Tumenggung Aryo Sugondho (1925-1949). Saat itu, anggota Regentschapsraad berjumlah 19 orang, terdiri dari 2 orang Belanda, 15 orang
pribumi, dan 2 orang bukan Belanda ataupun pribumi (biasanya dari etnis Cina
atau Arab).
Gan
Thian Koeij termasuk dalam susunan pertama Regentschaps
Raad Purbalingga untuk mewakili komunitas Tionghoa Purbalingga. Artikel
mengenai Regentschaps Raad sudah saya
tulis dan bisa dibaca di sini.
Gan Thian Koeij (Dok : geni.com) |
Gan
Thian Koeij menikah dengan Kho Thian Nio dan memiliki beberapa anak
diantaranya, Gan Lioe Nio, Gan Hang Nio, Gan Joe Nio, Gan Eng Nio, Gan Koen
Wan, Gan Koen Kong dan Gan Koen Se. Gan Koen Se mewarisi dan mengembangkan
usaha ayahnya juga diwarisi rumah ini.
Kayakue luur, kisaeh babah Gan Thian Koeij, Letnan China karo sing duwe Toko Gan Purbalingga...
Sumber : Buku Ragam Benda Cagar Budaya Purbalingga, Wikipedia dan Geni.com.
3 Responses to "Gan Thian Koeij, Opsir Tionghoa di Purbalingga"
Aku maca ngasi rampung, mandan tertarik soal sejarah sing berhubungan dengan purbalingga.
thanks broo... siip... salam sejarah purbalingga
keren jadi tahu sejaranh
Post a Comment