Gencatan Senjata di Mandiraja (Purbalingga)
Kapten Soewito Harjoko dan Letnan Aboekasan bertemu dengan Perwira KTN Mayor Andre Smith (Australia) dan Letnan R.G. Pierre (Amerika). Dok Nationaal Archief |
Perwira militer republik yang tampak dalam gambar koleksi Nationaal Archief Belanda itu adalah Kapten Soewito Harjoko dan Letnan Aboekasan. Mereka berdua adalah perwira
militer yang berasal dari Divisi III Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sementara, perwira bule itu adalah Mayor Andrew Smith (Australia) dan Letnan R.G. Pierre (Amerika). Keduanya adalah perwira KTN, Komisi
Tiga Negara bentukan Dewan Kemanan PBB yang bertugas untuk menengahi konflik Indonesia
vs Belanda.
Seragam militer jadul unik ya, ada yang celananya pendek, kaos kakinya selutut... hehe. Tasnnya slempang begitu... kayak anak sekolahan.. hehe
Mereka ini tengah berbincang mengenai gencatan senjata antara
Indonesia yang baru merdeka dengan Belanda yang ingin menjajah lagi di wilayah
Purbalingga dan Banjarnegara.
Perundingan itu terjadi di wilayah Mandiraja pada 10 Agustus
1949, menjelang berakhirnya agresi militer Belanda ke II. Mandiraja kini berada
di Kabupaten Banjarnegara. Pada keterangan foto itu, Mandiraja disebut
wilayahnya Poerbalingga.
Ini pertanyaan yang mengusik benak saya dan belum mendapatkan jawaban yang pasti. Sejak kapan ya, wilayah Mandiraja masuk Kabupaten Banjarnegara. Klampok juga. Sebab, dalam catatan belanda sampai agresi militer pasca kemerdekaan, Mandiraja dan Klampok itu masuk wilayah Purbalingga lho...
Pada foto kedua, tampak Kapten Suwito dan Letna Aboekasan
tengah mengamati secarik kertas. Satu orang berkaos dan celana gelap tampak
mengamati dari belakang sambil membawakan tas.
Pada foto ketiga, Kapten Soewito tampak tengah menandatangani
dokumen bertatakan tas yang dpegang oleh Letnan Aboekasan. Dua orang dari pihak
republik hikmat menyaksikannya.
Foto keempat, Kapten Soewito menyerahkan berkas yang sudah
ditekenya kepada perwira KTN. Foto ini menampakan jelas jalan raya dan real
serta tampak dua kendaraan di belakangnya.
Btw busway, mereka berunding kok di jalanan yaa? Hehe. Apa tidak ada tempat lain gitu?
Usai perang kemerdekaan Kapten Soewito Harjoko terus menanjak karirnya di TNI dan menjadi orang kepercayaan Jenderal Ahmad Yani. Ia meninggal pada tahun 1964 dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal (Brigjen).
Lalu, apa itu Komisi
Tiga Negara?
Pada lengan kiri baju tentara bule, tersemat badge
bertuliskan huruf kapital K.T.N. KTN ini adalah singkatan dari Komisi Tiga
Negara, sebuah komisi yang menjembatani konflik antara Indonesia dan Belanda di
masa agresi militer pasca proklamasi kemerdekaan.
Komisi Tiga Negara adalah sebuah
komite kerja diplomasi mancanegara yang dibentuk pada tanggal 25 Agustus 1947
dengan nama resmi "Committee
of Good Office for Indonesia”
atau Komisi Jasa Baik Untuk Indonesia.
Komisi ini lebih dikenal dengan dengan
sebutan K.T.N karena beranggotakan tiga negara, yakni Australia, Belgia, serta
Amerika Serikat. Australia dipilih
Indonesia dipimpin oleh Richard C. Kirby. Belgia dipilih oleh Belanda yang
dipimpin Paul van Zeeland. Kemudian Amerika Serikat selaku pihak netral yang
ditunjuk Indonesia dan Belanda yang dipimpin oleh Dr. Frank Graham.
Terdapat 4 tugas utama dari KTN, yaitu
penghentian tembak menembak sesuai dengan resolusi PBB, menengahi konflik
antara Indonesia serta Belanda, memasang patok-patok wilayah status quo yang dibantu
oleh TNI dan mempertemukan kembali Indonesia serta Belanda dalam Perundingan
Renville.
Asal muasal terbentuknya KTB begini. Pasca Agresi Belanda I,
setelah mendapatkan reaksi internasional dan atas pengaduan pemerintah Republik
Indonesia kepada DK PBB, muncul penilaian bahwa Belanda dianggap telah
melanggar suatu perjanjian internasional yaitu Persetujuan Linggajati.
Selain itu DK PBB secara de facto juga telah mengakui
eksistensi Republik Indonesia. Bahkan sejak DK PBB mengeluarkan resolusinya
terkait dengan Indonesia menggunakan atau menyebutkan dengan "The Indonesian Questions".
Hingga akhirnya pada 15 Agustus 1947, pemerintah Belanda menerima resolusi DK
PBB untuk penghentian pertempuran dan pada 25 Agustus 1947 DK PBB membentuk KTN
itu.
Jadi, para perwira KTN yang klayaban sampai wilayah Mandiraja itu
bertugas mengawasi gencatan senjata antara militer Indonesia dan Belanda.
Dua tahun setelah peristiwa itu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX juga
mendarat di Wirasaba, Purbalingga untuk bertemu dengan delegasi KTN, tepatnya
pada 2 September 1949. ‘Sultan Djocja’ itu disambut di
pangkalan udara Wirasaba oleh Mayor F.R.W Hall, perwira militer Amerika Serikat.
Sultan datang ke Wirasaba dengan pesawat jenis Dakota yang merupakan milik
Angkatan Udara AS.
Kisah kedatangan Sultan Djogdja ke
Wirasaba sudah saya tulis di sini.
Purbalingga keren juga yaa luur. Kota Perwira
menduduki peran penting, setidaknya di wilayah Karesidenan Banyumas. Kalau tidak ngapain selevel Komisi Tiga Negara bentukan PBB ngeceknya sampai ke wilayah
Purbalingga.
ya ora?
Serr...
Sumber :
Nationaal Archief, WIkipedia
0 Response to "Gencatan Senjata di Mandiraja (Purbalingga)"
Post a Comment