ORANG KALIGONDANG DIBAWA BELANDA KE SURINAME
Ini
artikel saya ke sembilan tentang orang Purbalingga yang dibawa Belanda ke
Suriname. Kali ini memenuhi permintaan perangkat Desa Cilapar, Kecamatan
Kaligondang, Mas Hendri Choy.Kota Nieuw Nickerie, Suriname ( Dok : www.27vakantiedagen.nl)
Seperti
sudah disampaikan ada 565 orang dari Afdeling
Poerbolinggo, Gewest Banjoemas yang dibawa
ke Suriname oleh Belanda sebagai kuli kontak perkebunan. Data itu berdasarkan dari
National Archief Belanda selama kurun waktu 1890-1930.
Kali
ini, saya meriset warga kecamatan Kaligondang yang dibawa ke negara di dekat
Hutan Amazon itu. Saya memasukan kata kunci ‘Poerbolinggo’ dan nama 18 desa
yang saat ini eksisting di kecamatan itu dengan ejaan lama.
Kadang
agak sulit, salah satu huruf saja tak muncul data. Misal, Cilapar pakai ‘Tjilapar’
tak muncul, kala pakai ‘Tjlapar’ muncul. Ternyata orang Desa Cilapar sendiri memang
suka menghilangkan huruf ‘i’ untuk menyebut desanya.
A : “Umahmu nang ndi coy?”
B : “Umaeh inyong nang Clapar brok”.
Terkadang
pula, Belanda menggunakan nama tempat yang versi lama. Misal, ada yang terdata
dari Desa ‘Jlegong’. Usut punya usut, ‘Jlegong’ kini nama dusun di Desa Karangreja.
Lalu, ada ‘Dukoepaksa’ yang ternyata sekarang nama dusun di Desa Tlahab Lor.
Ada juga yang disebutkan berasal dari Desa ‘Slatri’, padahal saat ini nama
grumbul di Kelurahan Babakan.
Nah,
wong Kaligondang yang dibawa ke
negara tetangga Brazilia itu setidaknya ada 13 orang. Siapa saja? Berikut ini
ulasannya
Pertama,
ada perempuan asal Desa Kaligondang bernama
Bok Kramawitana alias Kinah.
Wanita setinggi 148 cm dengan ciri fisik ada pigm spot di atas mata kanan ini
dibawa saat berumur 23 tahun.Bok Kramawitana alias Kinah (Dok : Nationaal Archief)
Kinah dibawa melalui Tandjong Priok pada 27 Juli 1925
dengan Kapal Samarinda oleh agen NV The Nickerie Sugar Estate Co Ltd.
Ia kemudian mulai bekerja pada 13 September 1925 di Perkebunan Waterloo
en Hazard.
Kinah tercatat dipulangkan dengan Kapal Tabian
pada 8 Juni 1935. Namun, tak diterangkan balik kemananya. Apakah sampai ke Pulau Jawa atau dibawa ke daerah jajahan Belanda yang lain.
Kedua, satu
desa dengan Kinah ada lelaki bernama Walam,
35 tahun. Pria setinggi 163 cm dengan tanda identifikasi bekas luka
di pergelangan tangan kanan itu dibawa dengan Kapal Blitar via Pelabuhan Tandjoeng
Priok pada 5 Mei 1925.Walam (Dok : Nationaal Archief)
Agen yang membawanya EH van Lierop untuk diperkerjakan
di Perkebunan Accaribo dengan tanggal dimulainya kontrak 17 Juni 1925
Walam tercatat pindah ke Perkebunan Slootwijk dan
kemudian melanjutkan kehidupannya di Suriname.
Ketiga, ada warga Desa Tjlapar bernama Sanrosidi alias Soepardi, 27 tahun. Tjlapar ini kemungkinan
besar adalah Cilapar. Saat itu disebutkan masuk dalam District Poerbolinggo,
kini Desa Cilapar ada di Kecamatan Kaligondang.Sanrosidi alias Soepardi (Dok : Nationaal Archief)
Sanrosidi bertingi badan 160 cm dengan ciri fisik ada pigm
spot pipi kanan. Ia dibawa ke Paramaribo dengan tanggal keberangkatan 15
Agustus 1927 dengan Kapal Madioen IV.
Sanrosidi bekerja di Perkebunan Peperpot &
Dordrecht dengan tanggal dimulainya kontrak 24 September 1927.
Keempat, Bok Soerawitana alias Samini, 23 tahun. Sarmini berasal dari
Desa Bretjek, District Poerbolinggo.Bok Soerawitana alias Samini (Dok : Nationaal Archief)
Wanita setinggi 146 cm itu ciri fisiknya ada pigmen vlek di dadanya. Sarmini dibawa melalui Pelabuhan Batavia pada 22 Mei 1929 dengan Kapal Simaloer III. Agen tenaga kerja van Vervuurt, R.G yang membawa Sarmini untuk dipekerjakan di Perkebunan Alliance (Cottica). Ia di kontrak dengan jangka waktu 5 tahun mulai 7 Juli 1929.
Sarmini tercatat menikah dengan Asmed Sromengolo.
Namun, mereka berdua bercerai pada 31 Januari 1937.
Kelima, ada Bok Krijadi alias Soeder, 26 tahun. Ia berasal dari
Dorp/Desa Penolih. Perempuan
setinggi 143 cm itu berciri fisik ada noda pigmen di lehernya.Bok Krijadi alias Soeder (Nationaal Archief)
Soeder dibawa ke Paramaribo via Batavia pada 15
Agustus 1927 dengan Kapal Madioen IV. Soeder dikontrak mulai 24 September 1927
di Perkebunan Peperpot & Dordrecht
Soeder kemudian
berkeluarga dan memiliki anak bernama Ratijem, lahir 18 Juli 1929 di Peperpot
dan Radim yang lahir 9 Agustus 1931.
Ketujuh, Bok Tjendil alias Tjendil, 20 tahun yang berasal dari desa yang sama dengan Soeder,
yaitu, Penolih. Tjendil bertinggi 144 cm dengan ciri fisik ada bekas luka
dipangkal hidung.
Tjendil dibawa via Tandjong Priok pada 27
Juli 1925 dengan Kapal Samarinda. Jadi, Tjendil dibawa 2 tahun lebih dulu dari
Soeder meski mereka satu desa.
Tjendil dipekerjakan di Perkebunan Marienburg &
Zoelen mulai 13 September 1925. Artinya, tempat bekerja Tjendil juga
berbeda dengan Soeder. Tjendil meninggal di Suriname pada 19 Juli 1952. Tak tersedia foto untuk Tjendil.
Kedelapan, ada
perempuan dari Dorp Sempor, District/Afdeling Poerbolinggo bernama Bok Tarmadi alias Narjem,
21 tahun. Ia bertinggi 150 cm dengan ciri ada pigmen di bibir atasnya.Bok Tarmadi alias Narjem (Nationaal Archief)
Narjem dibawa via Batavia pada 22 Mei 1929
dengan Kapal Simaloer III oleh agen tenaga kerja van Brokmeier G.H.
Ia bekerja di perkebunan Dordrecht en Peperpot mulai 7 Juli 1929.
Narjem tak balik ke Pulau Jawa. Ia tinggal di Suriname
dan pada catatan 27 September 1949 namanya jadi Marijem Tarmadi .
Kesembilan, Dikin, 17 Tahun, lelaki yang juga dari
Desa Sempor. Pria setinggi 151 cm ini berciri fisik ada pigmen vlek di dadanya.
Ia diberangkatkan dari Batavia pada 15-8-1927 dengan Kapal Madioen IV.Dikin (Nationaal Archief)
Dikin itu dipekerjakan mulai 24-9-1927 di Perkebunan Dordrecht
& Peperpot. Pria yang masih abege itu tercatat dipulangkan ke Hindia
Belanda pada 23-9-1947 dengan Kapal Tabian. Tak dijelaskan apakah kembali
ke kampung halamannya atau tidak.
Merujuk fotonya, masih kelihatan muda banget kan si Mas Dikin ini
Kesepuluh, lelaki
bernama Wirjaleksana alias Narisan, 25 tahun yang juga berasal
dari Desa Sempor, Poerbolinggo. Ia bertinggi badan 166 cm dengan ciri ada noda
pigmen di dada. Wirjaleksana alias Narisan (Dok : Nationaal Archief)
Narisan dibawa oleh agen Brunings E.A., beheerder via Tandjong
Priok pada 12 April 1926 dengan Kapal Sitoebondo. Ia bekerja mulai 24
Mei 1926 di Perkebunan Rust en Werk
Mas Narisan tak kembali ke kampungnya dan Ia meninggal
di suriname pada 16 Maret 1946.
Kesebelas,
lelaki bernama Djaswadi, 24 tahun
asal Desa Tedjasari,
District/Afdeling Poerbolinggo. Mas Djas bertinggi 155 dengan ciri ada
kutil di bibir bawahnya (wrat onderlip).Djaswadi (Dok : Nationaal Archief)
Djaswadi dibawa oleh agen Brunings E.A., beheerder
melalui Tandjong Priok pada 15 Juli 1922 dengan Kapal Madioen III. Ia lalu
bekerja mulai 26 Agustus 1922 di Perkebunan Rust en Werk.
Mas Djas tinggal di Suriname dan menikah dengan
Lisinah atau Bok Soemirah. Mereka tak ikut program KB dan punya enam orang
anak, yaitu, Djasmin (lahir. 18/1/1936),
Djasmie (lahir 31/12/1937), Ngadipon (lahir 6/8/1939), Warsiah (lahir 27/4/1941),
Rebo (lahir 5/10/1943) dan Legino (lahir 29/10/1945).
Keduabelas, lelaki
bernama Santaris alias Kaswijan, 26 tahun. Ia berasal dari
Desa Kalikadjar, Poerbolinggo. Santaris tingginya 155 cm dengan ciri fisik ada
pigmen di dadanya.Santaris alias Kaswijan (Dok : Nationaal Archief)
Pria Kalikajar itu dibawa oleh agen Swijt, J.S melalui Batavia
pada 6-6-1927 dengan Kapal Kangean. Setelah tiba di Suriname,
Santaris dipekerjakan di Perkebunan Zorg en Hoop mulai 18-7-1927.
Berdasarkan catatan sipil, Ia ditetapkan bernama Santaris
Kaswijan pada 23/9/1949. Santaris menkah dengan perempuan bernama Sanijem dan
memiliki 5 orang anak, yaitu. Tambeng lahir 29/7/1927, Hendrik Wagijo lahir
9/7/1932, Satidjo lahir 14/10/1930, Toekijem lahir 3/2/1934 dan Soekirah lahir
24/11/1936.
Ketigabelas, perempuan
bernama Bok Kartawirja alias Jadmi, 17 tahun asal Desa Penaroeban. Ia
bertinggi 146 cm dengan ciri ada pigmen di pipi kanan.Bok Kartawirja alias Jadmi (Dok : Nationaal Archief)
Mbak Jadmi dibawa agen J.S Swijt via Batavia dengan
Kapal Simaloer II pada 22-8-1928 untuk dipekerjakan di Perkebunan Zorg
& Hoop. Jadmi mulai dikontrak pada 7-10-1928.
Jadmi tak pulang ke kampungnya dan berdasarkan catatan
National Archief, pada 9 Januari 1951 bernama Ngademie Kartowirjo.
Kayakue luurrrr, kisaeh wong-wong Kaligondang sing
digawa landa maring Suriname
Sumber : Nationaal Archief Belanda
0 Response to "ORANG KALIGONDANG DIBAWA BELANDA KE SURINAME"
Post a Comment