Orang-Orang Karangmontjol Dibawa Belanda ke Suriname
Seri kisah orang Purbalingga yang dibawa
Belanda ke Suriname sebenarnya bisa puanjang buanget. Seperti sudah disebutkan
di tulisan-tulisan saya sebelumnya, ada 565 orang dari Afdeling Poerbolinggo,
yang tercatat di arsip Pemerintah Kolonial Belanda, dibawa ke negara di Amerika
Selatan itu.Suasana 'Kampung Jawa' di Suriname (Dok : Nationaal Archief, Belanda)
Sudah ada enam seri tulisan saya mengenai orang Purbalingga
yang dibawa ke Suriname . Artikelnya bisa dibaca pada tautan di bawah ini :
Orang Purbalingga di Suriname 1 (di sini)
Orang Purbalingga di Suriname 2 (di sini)
Orang Purbalingga di Suriname 4 (di sini)
Orang Purbalingga di Suriname 5 (di sini)
Perjumpaan Keturunan Imigran Suriname dengan Keluarganya di Cipaku (di sini)
Jennifer Sanmoengin, Artis Suriname
Keturunan Kedungjati (di sini)
Cerita-cerita ini sebenarnya bisa dibuat
buku tersendiri sebagai bagian dari sejarah Purbalingga. Saya berniat untuk
mengunduh seluruh data 565 orang tersebut dan membukukannya suatu saat nanti.
Kebetulan ada yang request untuk dituliskan imigran Suriname yang berasal dari Karangmoncol, sebuah wilayah Purbalingga yang ada di Lembah Ardilawet. So, saya sedang bebaik hati, jadi berikut ini saya tuliskan beberapa orang Karangmoncol yang dibawa ke negara tetangga Brazilia itu.
Ini dia ceritanya....
Pertama ada Dipawidjaja alias Soeparna,
lelaki bertinggi badan 158 cm dan berumur 35 tahun saat dibawa ke Suriname. Lelaki berkumis lebat diberangkatkan
melalui pelabuhan Batavia pada 6 Juni 1927 dengan Kapal Kangean menuju
Paramaribo.Dipawidjaja alias Soeparna (Dok : National Archief, Belanda)
Suparna berasal dari Afdeling Poerbolinggo, District Boekatedja, Dorp Karangmontjol.
Ia lalu bekerja di Perkebunan Berlijn
mulai 18 Juli 1927. Berdasarkan catatan, Pak Parna hanya sekitar 1 tahun
bekerja sebab pada 31 Juli 1928 dipulangkan ke Jawa dengan Kapal Sembilan. Tak
jelas Ia balik lagi ke Karangmoncol atau tidak.
Catatan :
Dulu itu kalau dipulangkan dari Suriname
biasanya hanya dipindah perkebunan. Bisa jadi ke Sumatera atau pulau yang lain.
Keluarga yang anggotanya diambil dan dibawa ke Suriname, sepemahaman mereka
juga tak dibawa sejauh itu sampai ke Amerika Selatan. Mereka juga rata-rata
sudah pasrah dan tak mencari anggota keluarganya yang dibawa Belanda.
Kemudian, masih dari Karangmoncol, ada Tjakrawidjaja
alias Simin yang dibawa ke Suriname. Pria bertinggi 164 itu berumur 30
tahun saat dibawa bersama Suparna dengan Kapal yang sama.Tjakrawidjaja alias Simin (Dok : Nationaal Archief, Belanda)
Namun Simin dibawa oleh agen tenaga
kerja yang berbeda yaitu, NV Nickerie Estate & Co Limited lalu
dipekerjakan di perkebunan Waterloo en Hazard. Simin mulai bekerja 18 Juli
1927.
Pak Simin terdata tidak kembali ke Jawa dan
dia tinggal di Kota Nickerie, Suriname.
Inget lagu ‘Kangen Nickerie’ by Lord
Didi Kempot? Nah, itu dia, kota dalam lagu campursari itulah yang menjadi
tempat singgal Pak Simin
Tak hanya lelaki, wanita juga dibawa
Belanda ke Suriname. Adalah Bok Sanwikrama alias Karsini, wanita asal Dorp / Desa Grantoeng, District Boekatedja,
Afdeling Poerbolinggo. (Sayangnya Mbak Karsini tidak ada dokumentasi fotonya)
Grantung saat ini adalah desa di
Kecamatan Karangmoncol. Desa itu dikenal dengan kacang kulitnya yang makyuss...
Karsini bertinggi 143 cm dengan
bekas luka di dahi itu berumur 24 tahun saat dibawa ke Suriname. Ia dibawa via
Pelabuhan Tandjong Priok menuju Paramaribo pada 20 Oktober 1924 dengan
Kapal Buitenzorg.
Sesampainya di Suriname, Karsini dipekerjakan
di perkebunan Marienburg & Zoelen dengan kontrak mulai 27 November 1924.
Karsini tak kembali ke Grantung. Ia
meninggal di Suriname, jauuuh sekali dari kampung halamannya, pada 28 Oktober 1933
dan dimakamkan di New Amsterdam.
Karsini bukan wanita dari Lembah Ardilawet
sendirian yang dibawa ke Suriname. Ada Bok Marijatin alias Moeinah. Ia berasal dari Desa / Dorp Pepedan.Marijatin alias Moeinah (Dok : Nationaal Archief, Belanda)
Perempuan bertinggi 152 cm dengan ciri
fisik ada bintik pigmentasi di pipi kanan itu dibawa saat berumur 25
tahun. Ia diberangkatkan via Pelabuhan Tandjong Priok pada 5 Juli 1922
dengan Kapal Madioen III.
Moeinah dibawa oleh agen tenaga kerja N.V.
Nickerie Sugar Estate & Co. Ltd untuk dipekerjakan di Perkebunan Waterloo
en Hazard mulai 26 Agustus 1922
Mbak Moeinah tercatat tidak kembali ke Jawa
dan meneruskan hidupnya di Suriname
Wanita lain dari Desa Pepedan yang
dibawa ke Suriname ada Bok Martodiwirjo alias Roesmani. Perempuan bertinggi
badan 154 cm itu dibawa saat berumur 29 tahun. Ia bersama Moeinah dibawa via
Pelabuhan Tandjong Priok pada 5 Juli 1922 dengan Kapal Madioen
III.Bok Martodiwirjo alias Roesmani (Dok : Nationaal Archief)
Namun Moeinah dan Roesmani terpisah
karena dibawa agen tenaga kerja yang bebeda. Roesmani dibawa oleh agen Brunings
E.A., beheerder dan dipekerjakan di Perkebunan Rust en Werk mulai kontrak
pada 26 Agutus 1922.
Roesmani tak pulang ke Pepedan. Ia
tercatat menikah dengan lelaki sesama imigran dari Pulau Jawa bernama Mardjani.
Mereka dikaruniai anak perempuan yang diberi nama Juliette, lahir pada 27 April
1926 di Perkebunan Rust en Werk.
Roesmani terdata meninggal pada 29 Maret
1952 dan dimakamkan di Tamanredjo.
Anaknnya, Juliette kemudian menikah
dengan Samidin dan mempunyai 4 orang anak. Cucu Roesmani dan Mardjani, yaitu, Tajem,
lahir pada 22 April 1946 di Tamanredjo, kemudian Gangsar, lahir 9 Agustus 1949 (tak
berusia lama karena meninggal pada 3 Desember 1949). Lalu, ketiga, Ponidjo lahir
31 Januari 1952 dan Si Bungsu Ponimin lahir 6 Desember 1954.
Berikutnya ada Miroen alias Moedar, lelaki
asal Pepedan, Poerbolinggo yang dibawa ke Suriname. Ia diberangkatkan dengan Kapal Tandjong
Priok dengan sesama orang Pepedan, Moeinah dan Roesmani pada 15 Juli 1922
dengan Kapal Madioen III.
Miroen sama dengan Roesmani, dibawa ke
Paramaribo oleh agen Brunings E.A., beheerder dan dipekerjakan di
Perkebunan Rust en Werk mulai 26 Agustus 1922.
Miroen ini tidak pulang ke Jawa dan pada
data Nationaal Archief memilih nama belakang Mardjani menjadi Miroen Mardjani.
Nah, sepertinya lelaki inilah yang
menikahi Roesmani. Jadi, sejoli dari Desa Pepedan ini kawin dan beranak-pinak
di Suriname.
Sayangnya Mas Miroen ini tidak ada dokumentasi fotonya.
Catatan :
Dii Purbalingga ada dua wilayah bernama
Pepedan. Sebuah nama desa yang saat ini ada di Kecamatan Karangmoncol dan nama
kampung/grumbul di Kelurahan Kandanggampang. Saya lebih meyakini itu merujuk ke
desa di Karangmoncol.
Berikutnya, ada Tjamin, lelaki asal Desa
/ Dorp Karangsari, District Bobotsari, Poerbolinggo yang
dibawa ke Suriname. Pria bertinggi 150 cm itu baru berumur 16 tahun saat dikapalkan
dari Batavia menuju Paramaribo pada 15 Agustus 1927 dengan Kapal Madioen
IV.Tjamin (Dok : Nationaal Archief, Belanda)
Tjamin dipekerjakan di Perkebunan
Marienburg & Zoelen mulai 24 September 1932. Ia tercatat pernah
desersi/lari dari perkebunan 49 hari sampai 11 November 1932. Namun, Ia kembali
dipekerjakan dan tercatat tak kembali ke Jawa.
Kalau dari fotonya, terlihat Tjamin ini memang masih tampak belia. Mukanya juga tampak seperti lebam-lebam. Kalau sekarang, Belanda melanggar UU tenaga kerja tuh.. hehe. Wis nggawa bocah cilik, direh kon kerja paksa nang perkebunan maning..
Catatan :
Saat ini desa dengan nama Karangsari ada 2 di Purbalingga, yaitu di Kecamatan Kalimanah dan Karangmoncol. Ada juga Dukuh Karangsari di Desa Langgar, Kejobong. Namun, saya lebih yakin merujuk ke desa yang ada di Karangmoncol karena district-nya saat itu Bobotsari.
Kaya kue luur, kisaeh warga Karangmoncol sing digawa Landa maring Purbalingga.
Unik-unik yaa... semoga bisa nambah wawasan panjenengan kabeh yaa...
Ahaiii.. Serrr...
Sumber Tulisan dan Foto :
Nationaal Archief Belanda
0 Response to " Orang-Orang Karangmontjol Dibawa Belanda ke Suriname"
Post a Comment