Orang Padamara Dibawa Belanda ke Suriname
Saya sudah menulis 7 artikel tentang
kisah orang Purbalingga yang dibawa ke Suriname. Tulisan yang ke delapan ini
untuk memenuhi request Ketua Gapura,
Mas Eko Poetoe Soehudi. Beliau minta dicarikan, adakah orang dari Padamara yang
ikut dibawa Belanda ke Suriname.Orang Jawa di Suriname (Dok : www.dailysia.com)
Seperti saya tuliskan sebelumnya, pada
pangkalan data Nationaal Archief Belanda ada 565 orang dari Afdeling Poerbolinggo yang dibawa ke
Suriname sebagai contactarbeiders
(pekerja kontrak) selama kurun waktu 1890 - 1930. Pada saat itu, pembagian wilayah
Poerbolinggo masih terbagi dari tiga district,
yaitu, Boekatedja, Poerbolinggo dan Bobotsari. Padamara, masuk di district Poerbolinggo.
Saat ini, Padamara adalah sebuah kecamatan
dengan 14 desa. Cerita di bawah ada 11 orang yang berasal dari
desa-desa di wilayah Kecamatan Padamara. Kemungkinan bisa lebih, sebab Belanda seringkali menyebutkan nama dukuh/grumbul yang disebutkan sebagai desa atau ada perubahan nama desa.
Uniknya, dari wilayah Padamara ini,
kebanyakan adalah para perempuan yang dibawa Belanda ke negara di Amerika Selatan itu. Ini dia ceritanya...
Pertama, ada Bok Ranamedjo alias Sawijem.
Perempuan asal Dorp / Desa Padamara, District Poerbolinggo itu berusia 23 tahun saat dibawa Belanda ke Suriname. Ia memiliki ciri fisik ada noda
pigmen di pipi.Bok Ranamedjo alias Sawijem (Dok : Nationaal Archief)
Sawijem dibawa ke Paramaribo melalui
Pelabuhan Tandjong Priok pada 15 Juli 1922 dengan Kapal Madioen III.
Ia dibawa oleh Shields, A, Beheerder untuk dipekerjakan di Perkebunan
Cottica yang dimulai pada 26 Agustus 1922.
Sawijem tercatat tak pulang ke Padamara
dan tinggal di Suriname.
Perempuan dari Desa Padamara kedua yang
dibawa ke Suriname ada Bok Kempoel alias Kempoel. Perempuan 21 tahun ini
bertinggi badan 144 cm dengan ciri ada tanda lahir bibir bawah. Ia
diberangkatkan ke Paramaribo pada 18 Mei 1903 dengan Kapal Prince Willem
IV.
Kempoel ini termasuk generasi awal orang
Purbalingga yang dibawa Belanda ke Suriname. Sebab, imigran yang lain dibawa pada tahun 1920-an.
Kempoel dibawa oleh agen tenaga kerja Green,
JF yang bekerja untuk pemerintah kolonial Belanda. Ia bekerja mulai 20
Oktober 1903 di Perkebunan Cottica.
Sayangnya tidak tersedia foto dara dari
Padamara ini. Ia tercatat tak pulang kembali ke kampung halamannya.
Ketiga, ada perempuan bernama Bok
Siwen alias Siwen yang juga berasal dari Desa Padamara. Ia berusia 20
tahun itu bertinggi badan 143 cm dengan ciri pengenal ada pigmen flek di dahi
dan dagu.Bok Siwen (Dok : Nationaal Archief Belanda)
Siwen dibawa dari Batavia ke
Paramaribo pada 30 Maret 1929 dengan Kapal Djambi oleh agen tenaga
kerja Vervuurt, RG. Siwen lalu dipekerjakan di Perkebunan Cottica dengan
tanggal kontrak kerja mulai 9 Mei 1929.
Siwen ini tercatat dipulangkan ke Jawa
pada 23 Oktober 1937 dengan menumpang Kapal Blitar. Tak dijelaskan dia
dikembalikan ke Padamara atau tidaknya.
Keempat ada perempuan bernama Bok
Soempeg alias Soempeg. Ia masih berusia sangat muda, 16 tahun, saat dibawa
ke Suriname. Perempuan ini bertinggi 143 cm dengan pengenalan fisik ada pigmen
spot di pipi kiri.Bok Soempeg (Dok : Nationaal Archief)
Soempeg berasal dari Dorp Sokawera, District Poerbolinggo. Sekarang, Sokawera masuk di Kecamatan
Padamara.
Kalau melihat fotonya mirip laki-laki
yaa.. hehe. Mungkin Soempeg ini tipe cewe yang agak macho.
Soempeg diberangkatkan dari Batavia
pada 6 Juni 1927 dengan Kapal Kangean. Agen yang membawanya adalah
Dewan Bank Surinaamsche untuk dipekerjakan pada Perkebunan Mon Souci. Soempeg dikontrak mulai 18 Juli 1927.
Soempeg tinggal di Suriname. Pada
catatan sipil negara itu, Ia telah memilih bernama Soempeg Kramatirta pada 1
Juni 1956.
Kelima,
ada perempuan bernama Bok Djiwakrama alias Djami yang
berasal dari Desa Mipiran (Kini salah satu desa di Kecamatan Padamara).
Perempuan 24 tahun dengan tinggi 152 cm itu memiliki ciri identifikasi
fisik ada kutil di pipi kanan.Bok Djiwakrama alias Djami (Dok Nationaal Archief)
Mbak Djami diberangkatkan dari Pelabuhan Tandjong
Priok pada 16 Agustus 1926 dengan Kapal Krakatau.
Ia dibawa oleh agen tenaga kerja JA van Beek. Kemudian, mulai bekerja pada 30 September 1926 di Perkebunan Sorgvliet, Leliendaal en Visserszorg. Djami tak tercatat pulang ke Jawa dan tinggal di Suriname.
Keenam, ada perempuan berusia 23 tahun dari
Desa Prigi bernama Bok Arsasemita alias Soerpini. Ia bertinggi badan 140 cm
dengan ciri fisik ada tanda lahir di bahu kiri.
Soepini diberangkatkan pada 22 Mei 1929
dari Batavia dengan Kapal Simaloer III oleh Agen van Vervuurt, R.G.
Perempuan Prigi ini kemudian bekerja pada Perkebunan Cottica mulai 7 Juli 1929. Ia tercatat dikembalikan ke Pulau Jawa pada 17 September 1939 dengan Kapal Tawali. Tak tersedia foto Surpini dan tak jelas pula Ia pulang ke Jawanya kemana.
Ketujuh, masih perempuan, ada Bok Tini
alias Tini. Perempuan bertinggi 146 cm itu berusia 21 tahun saat
dibawa Belanda. Tini berasal dari Desa Karangdjambe. (saat ini Karandjambe
adalah desa di wilayah Kecamatan Padamara).Bok Tini (Dok : Nationaal Acrhief)
Mbak Tini diberangkatkan dari Batavia
pada 22 mei 1929 dengan Kapal Simaloer III. Ia dibawa oleh agen Vervuurt,
RG untuk dipekerjakan di Perkebunan Cottica. Tini mulai dikontrak pada 7 Juli
1929.
Tini kemudian menikah dengan Sodiwirjo
dan tinggal kota bernama Tamanredjo. Mereka dikaruniai anak bernama Loso yang lahir
3 Desember 1943. Kota Tamanredjo di Suriname (Dok : www.kurang-piknik.com)
Kalau liat kotanya di gugel, asyik juga ya Tamanredjo. Kalau dari namanya saja sudah kelihatan bahwa banyak komunitas imigran dari Jawa yang tinggal di situ.
Perempuan kedelapan dari wilayah Kecamatan
Padamara (kini) yang dibawa ke Suriname adalah Bok Bangsawikarta alias Tjarmi.
Ia berasal dari satu desa dengan Tini, Karangjambe.Bok Bangsawikarta alias Tjarmi (Dok : Nationaal Archief Belanda)
Perempuan berusia 26 tahun itu bertinggi
badan 154 cm dengan ciri fisik pigmen vlek di leher dan dahinya.
Tjarmi diberangkatkan via Tandjong
Priok pada 12 April 1926 dengan Kapal Sitoebondo II oleh N.V.
Nickerie Sugar Estate & Co. Ltd. Ia mulai bekerja pada 24 Mei 1926 di Perkebunan Waterloo
& Hazard.
Mbak Tjarmi tak pulang ke negaranya dan
tinggal di Kota Nickerie. Ia berkeluarga dan memiliki anak bernama Legiman yang lahir 20 September 1931.
Inget nickerie, jadi terkenang Didi Kempot dengan lagu 'Kangen Nickerie'-nya. Nickerie ini adalah salah satu kota di Suriname yang cukup menarik sepertinya. Kalau liat foto-foto, kotanya cukup indah. Pantes ngangenin.Kota Nickerie, Suriname (Dok : www.27vakantiedagen.nl)
Kesembilan adalah perempuan bernama Bok
Kartawi alias Siwen. Sama dengan Tini dan Tjarmi, Ia berasal dari Desa
Karangdjambe. Siwen bertinggi badan 157 cm dengan ciri identifikasi fisik ada kutil
di telinga kirinya.Bok Kartawi alias Siwen (Dok : Nationaal Archief)
Siwen diberangkatkan saat berusia 22
tahun melalui Tandjong Priok denan Kapal Samarinda pada 27 Juli 1925.
Siwen dibawa oleh agen bernama Bosmans JA Wed untuk dipekerjakan pada Perkebunan
Belwaarden. Mulai kontrak kerjanya pada 13 September 1925.
Siwen berkeluarga di Suriname dan pada
18 Juli 1956 terdaftar di catatan sipil bernama Siwen Mertowidjojo. Ia menikah pada
25 Mei 1927 dengan Rakijo Mertowidjo dan memiliki anak bernama Rakiman.
Kesempuluh, nah ini baru laki-laki. Dia
adalah Resosentiko alias Kemis, lelaki dari Desa Prigi. Kemis yang entah lahirnya
rebo atau jumat, bertinggi badan 160 cm dengan identifikasi fisik ada kutil di
pipi kirinya.Rososentiko alias Kemis (Dok : Nationaal Archief)
Mas Kemis berusia 27 tahun saat dibawa
ke Suriname dengan Kapal Merauke II dari Batavia pada 30 Juni 1928. Ia
diperkerjakan di Perkebunan Marienburg & Zoelen dengan kontrak 18
Agustus 1928.
Mas Kemis tercatat meninggal di Suriname
pada 18 Juli 1949
Kesebelas
ada Pria bernawa Santawitana alias Tarwin yang juga
berasal dari Desa Prigi. Tarwin bertinggi badan 163 cm dengan ciri fisik
ada pigmentasi di telinga kanannya.Santawitana alias Tarwin (Dok : Nationaal Archief)
Mas Tarwin berusia 24 tahun saat dibawa dari Batavia menuju Paramaribo pada 3
Juni 1928 dengan Kapal Merauke II.
Agen tenaga kerja yang membawanya C en Co, Beheersters untuk diperkerjakan
di Perkebunan La Ressource. Tarwin mulai bekerja pada 18 Agustus 1928
Tarwin tinggal di Suriname dan menikah dengan Karsinah. Mereka memiliki
anak bernama Waginem yang lahir pada 29 April 1936.
Begitu lur, kisaeh wong-wong Paramara sing digawa maring Suriname nang Landa gemiyen...
Sumber :
Foto dan Tulisan dari Nationaal Archief Belanda
0 Response to " Orang Padamara Dibawa Belanda ke Suriname"
Post a Comment