Perusahaan Perkebunan Era Kolonial di Purbalingga
Purbalingga memiliki potensi agribisnis yang luar biasa. Hal ini tentu saja tak luput dari endusan Pemerintah Kolonial Belanda. Komoditas pertanian yang memiliki nilai tinggi di pasaran dunia tumbuh subur di Bumi Perwira. Oleh karena itu, ada bermacam pabrik didirikan oleh Belanda di Purbalingga.
Diantaranya, ada pabrik-pabrik gula bahkan sampai dua buah yaitu Suikerfabriek Bodjong dan Kalimanah ( Baca : Juragan-Juragan Gula dari Purbalingga). Ada pabrik tembakau berkualitas ekspor yang bertahan sampai awal 1980 (Baca : Tembakau Purbalingga diekspor Sampai ke Eropa dan artikel tentang Pabrik GMIT). Ada juga perkebunah teh dan kopi ( Baca : Jejak Kejayaan Kopi di Purbalingga).
Selain Belanda, pengusaha China juga tak ketinggalan turut menangguk untung dari mengolah tanah kabupaten yang berada di kaki Gunung Slamet itu. Ada Kwee Lie Keng, pengusaha tajir mlintir yang namanya sampai masuk buku ‘Orang-Orang Tionghoa Jang Terkemoeka di Java’ terbitan tahun 1935. Rumahnya saat ini masih tersisa di Gang Mayong ( Baca : Kwee Lie Keng dan Asal-usul Gang Mayong) dan lainnya.
Sebagai bukti sahih adanya perusahaan besar di Purbalingga saat itu, saya menjumpai dokumen Cultuur Adresboek vor Nederlandsch Indie terbitan Pemerintah Kolonial Belanda bertarikh 1937. Isinya mengenai daftar perusahaan -perusahaan besar di Hindia Belanda, empat diantaranya berasal dari Purbalingga.
Pertama, ada perusahaan perkebunan bernama ‘Bantjar’ yang bergerak di komoditas Tabak (Tembakau). Perusahaan ini mewakili Mac Neill & co yang berkantor pusat di Soerabaja.
Kedua, perkebunan Gwan Lie yang dimiliki dan dipimpin oleh ‘taipan china ngapak’ Kwee Lie Keng. Perusahaan ini juga memiliki komoditas utama tembakau.
Perkebunan Gwan Lie tersebar di karesidenan Banjoemas. Kwee Lie Keng juga tercatat mempunyai perkebunan Menggala, berpusat di Adjiebarang, yang ditanami karet (rubber) dan teh (thee). Ia menugaskan seorang bernama Tji Ngo Hin untuk menjadi administrateur di perkebunan tersebut.
Ketiga, ada perusahaan bernama ‘Kandang Gampang’ yang mengelola perkebunan sekaligus mengolah tembakau berkualitas ekspor. Pemilik perusahaannya adalah N.V Tabak Import & Export Co yang berbasis di Amsterdam, Belanda. Pimpinan perusahaannya kala itu bernama G.J den Hartoog.
Kemudian, keempat ada onderneming / perkebunan bernama Koetosari. Perusahaan ini mengelola lahan di Pakedjen (Pakedjen Landbouw Onderneming Koetosari) yang mengusahakan thee (teh) dan koffie (kopi). Eigenaar alias pemiliknya adalah M. Flohil dan dipimpin / vertegenw sekaligus administrateur-nya adalah H.J.M van Leeuween.
Dokumen Locale Belangen adalah jurnal atau magazine yang terbit secara periodik. Keterangannya seperti ini : ‘Orgaan van de Vereeniging voor Locale Belangen. Verschijnt den 1sten en 16den van elke maand’. Artinya kurang lebih : Organ Asosiasi untuk Kepentingan Lokal. Muncul pada tanggal 1 dan 16 setiap bulan.
2 Responses to "Perusahaan Perkebunan Era Kolonial di Purbalingga"
its a good article, lets read another news for colonial
its a good article, lets read another news for colonial https://unair.ac.id/event/talkshow-menghidupkan-kembali-masyarakat-kolonial/
Post a Comment