Misteri Makam ‘Nazi’ di Purbalingga
Makam dengan Ornamen Swastika di Purbalingga (Dok Pribadi - Igo Saputra) |
Terjemahan dari tulisan tersebut kurang lebih begini :
Mas Martowipojo
Yuswa 65 tahun
Seda nalika dinten Setu Pon
4 Jumadilakir Tahun Panji 9854
12 Januari 1924
Artinya, seorang bernama Mas Martowipojo, umur 65 tahun, meninggalnya hari Sabtu Pon (hari pada Kalender Jawa), 4 Jumadilakhir (bulan pada Kalender Jawa) Tahun Panji 9854 atau 12 Januari 1924 (Tahun Masehi).
Nah, yang menarik pada keempat sudutnya ada Simbol Swastika. Kemudian, pada bagian di kanan dan kirinya juga tercetak simbol legendaris itu, meski sudah aus namun masih jelas terbaca, dengan ukuran lebih besar pada posisi miring.
Simbol Swastika di yang ada di Empat Pojok Nisan (Dok : Guntur Hanafi) |
Simbol Swastika Miring di Kanan dan Kiri Nisan (Dok : Guntur Hanafi) |
Hitler dengan Lambang Swastika di Lengan Kirinya (Dok : Wikipedia) |
Ok, kembali ke makam yang terletak di Kompleks Kuburan Gunung Wujil, Kampung Curgecang, Kelurahan Purbalingga Kidul itu. Saya bertakon-takon, apakah sosok yang dikuburkan di makam tersebut adalah seorang Nazi atau simpatisan Nazi? Apakah pengaruh Nazi sudah sampai ke Purbalingga yang beribu kilometer jauhnya kala itu?.
Rekan saya, Guntur Hanafi, ‘akamsi’ alias ‘anak kampung situ’ sebenarnya sudah pernah mengunggah foto-foto makam itu di Forum Kaskus pada 2012 silam. Sempat heboh juga. Namun, makam itu dan siapa sosok yang dikuburkan di sana masih menjadi teka-teki.
Akhir pekan lalu, saya menyambangi makam tersebut. Saya menemui Pak Hambali yang mengaku usianya sudah lebih dari 70 tahun. Ia bisa membaca Aksara Jawa yang tegores pada nisan tersebut. Namun, Pak Hambali tidak paham saat ditanya siapakah sosok Mas Martowipojo.
Pak Hambali Sedang Membacakan Aksara Jawa di Nisan itu (Dok : Pribadi - Igo Saputra) |
Siapakah Mas Martowipojo, saya menelusuri tokoh-tokoh Purbalingga dan keturunan bangsawan pada era itu tak menemukan datanya. Namun, menilik bangunan makam itu yang cukup megah, sepertinya sosok yang cukup berpengaruh.
Penggunaan nama depan Mas, kemungkinan juga masih berhubungan dengan statusnya sebagai bangsawan atau priyayi. Pada era itu banyak nama-nama priyayi dengan nama depan Mas. Misal, ada Mas Pierngadi, pelukis kenamaan era kolonial yang berasal dari Pekiringan yang lahir pada 1878. Ada juga Mas Dwijosapoetro, Mas Soepardi dan Mas Notosoedarmo anggota Regentschap Raad (Dewan Kabupaten) Poerbolinggo Tahun 1929.
(Kisah tentang Mas Pierngadi bisa dibaca di sini. Sedangkan artikel tentang Regentschap Raad bisa dibaca di sini)
Kembali ke Mas Martowipojo. Saya meragukan Ia seorang Nazi atau simpatisan partai besutan Hitler itu. Begini, pada nisan tersebut Ia meninggal pada umur 65 pada 12 Januari 1924. Saat itu, Nazi baru berumur 4 tahun dan Hitler belum moncer-moncer amat. Saya pikir agak mustahil pengaruh Nazi sudah sampa di Indonesia, apalagi Purbalingga.
Kalau makamnya pada tahun-tahun 1940-an agak mungkin, sebab, di Desa Sukaresmi, Kecamatan Megamendung, Bogor ada 10 makam tentara Jerman. Mereka merupakan bagian dari sekelompok pasukan Jerman yang mendompleng Jepang saat menginvansi Hindia-Belanda. Kabarnya, mereka tewas dihajar pejuang Republik karena dikira Pasukan Belanda.
Makam Tentara Nazi Jerman di Bogor (Dok : merdeka.com) |
Bisa jadi simbol keagamaan atau kelompok kepercayaan tertentu. Lambang Swastika sudah ribuan tahun ada dan digunakan oleh berbagai bangsa di dunia. Menurut wikipedia, simbol ini dapat ditemukan pada kuil-kuil Hindu, Jaina dan Buddha maupun gereja-gereja Kristen (Gereja St. Sophia di Kiev, Ukrainia, Basilika St. Ambrose, Milan, serta Katedral Amiens, Prancis), mesjid-mesjid Islam ( di Ishafan, Iran dan Mesjid Taynal, Lebanon) serta sinagog Yahudi Ein Gedi di Yudea.
Pada tradisi Hindu, kata Swastika terdiri dari kata Su yang berarti baik, kata Asti yang berarti adalah dan akhiran Ka yang membentuk kata sifat menjadi kata benda. Sehingga lambang Swastika merupakan bentuk simbol atau gambar dari terapan kata Swastyastu (Semoga dalam keadaan baik).
Swastika juga banyak mengandung arti, bila searah dengan arah jarum jam berarti mengandung hal - hal yang bersifat atau mengandung kebaikan. sedangkan bila berlawanan dengan arah jarum jam maka merupakan suatu bentuk kejelekan dan banyak digunakan oleh para penyihir - penyihir dizaman dahulu. Swastika yang searah jarum jam juga berarti mengikuti arus aturan dan kebiasaaan kehidupan yang berlaku di masyarakat pada umumnya (searah jarum jam = searah perputaran waktu kehidupan di bumi), sedangkan bila berlawanan dengan arah jarum jam maka merupakan suatu perbuatan yang berlawanan dari segala arus aturan dan kebiasaan yang berkembang di masyarakat.
Dengan berbagai temuan tersebut, sepertinya Mas Martowipojo kemungkinan besar adalah seorang penganut Hindu. Ia meninggal dan kemudian dimakamkan di Curgecang. Sebagai informasi, Hindu merupakan agama yang banyak dipeluk oleh masyarakat Indonesia sebelum masuknya Islam dan masih banyak dianut hingga kini. Sampai saat ini, tradisi Hindu juga masih banyak dipraktekan di masyarakat nusantara.
Sumber :
*Reportase ke Makam Gunung Wujil di
Curgecang dan Wawancara Pak Hambali, 19 Maret 2021
*Unggahan Guntur Hanafi di Forum Kaskus,
Agustus 2012
*Penjelasan mengenai Swastika dan Partai
Nazi di Wikipedia
*Artikel mengenai Makam Nazi Bogor di
merdeka.com
1 Response to "Misteri Makam ‘Nazi’ di Purbalingga"
Al azhar memorial garden Thanks for taking the time to discuss this, I feel strongly about it and love learning more on this topic. If possible, as you gain expertise, would you mind updating your blog with extra information? It is extremely helpful for me.
Post a Comment