Para Penyelam dari Jenggala
Pencarian Korban Tenggelam di Sungai Klawing oleh Tim SAR Gabungan (Dok : WAG) |
‘Tim Jenggala’ seringkali diminta bantuan karena
banyak warganya memiliki kemampuan khusus untuk mencari orang yang hanyut atau
tenggelam di sungai. Seperti pada kejadian remaja hanyut di Kedung Pengantin, Sungai Klawing yang baru
terjadi kemarin, ‘Tim Jenggala’ juga turun tangan.
Saya mengamati puluhan postingan yang bersliweran di
media sosial selama 3 hari, dari proses pencarian sampai korban ditemukan.
Cuitan netijen di kolom komentar
sering kali menyebut ‘Tim Jenggala’.
“Tim Jenggala
wis mudun apa urung, nek wis pada mudun Insya Allah dela maning li ketemu,”
begitu salah satu komentar di grup FB Info Cegatan Purbalingga.
Seorang kawan yang menjadi salah satu relawan dari unsur pecinta alam yang turut serta dalam pencarian
kemarin mengkonfirmasi kehadiran mereka. Menurutnya, kedatangan mereka cukup
misterius. Ada lebih dari 5 orang, semua pria, ada yang sudah tua, setengah
baya maupun pemuda. Mereka datang tanpa banyak omong, bertelanjang dada, tanpa
mengenakan seragam atribut apapun.
Meski terkesan misterius, kehadiran mereka biasanya
karena diminta oleh pihak keluarga. “Pertama kali, pimpinan mereka akan ‘ijab qobul’ dengan keluarga korban
bahwa benar-benar ikhlas meminta bantuan mereka untuk mencari anggota
keluarganya,” katanya.
Kemudian, tim itu melakukan pengamatan. “Kalau dalam
istilah pecinta alam ya orientasi medan lah,” ujarnya. Anggota tim yang sudah
berpengalaman akan mengamati wilayah sungai yang menjadi lokasi tempat
kejadian. Setelah itu, Ia memberikan petunjuk dan tim dibagi untuk melakukan
tindakan pencarian korban.
Masing-masing anggota ‘Tim Jenggala’ lalu melakukan
penyelaman, tanpa alat bantu apapun. Kemampuan menyelam mereka di atas
rata-rata, belum ada yang mencoba menghitung pasti, akan tetapi konon bisa
mencapai puluhan menit berada di dalam air. Mereka juga lihai berenang hampir
tanpa menimbulkan riak-riak.
“Sudah seperti manusia ikan, masuk ke air dengan
mulus, menyelam di titik ‘a’ lalu muncul di titik ‘b’ yang berjarak cukup jauh
untuk sebentar mengambil nafas lalu menyelam lagi, begitu seterusnya.” katanya.
Selain memiliki kemampuan menyelam di atas rata-rata, ‘Tim Jenggala’ juga sangat memahami perilaku sungai. Mereka tahu cara ‘menaklukan’ arus sungai berbahaya seperti ‘ulekan’ alias ‘undercut’ juga ‘kedung’ atau jeram.
Undercut adalah arus sungai yang tampak tidak deras apabila dilihat dari permukaan, akan tetapi di bawah, pusaran sangat deras dan mengarah ke bawah. Undercut terbentuk karena adanya gerakan arus deras yang menghantam dinding tebing atau batu sehingga membentuk ceruk yang relatif dalam. Nah, ceruk inilah yang biasanya menjadi “penjara” bagi mereka yang terdorong masuk ke dalamnya. Kejadian hanyut kemudian tenggelam karena mereka masuk ke dalam pusaran undercut yang memang mematikan itu, bahkan bagi yang sudah biasa berenang. ‘Jepitan’ dalam ceruk undercut pula yang membuat korban biasanya baru berhari-hari bisa ditemukan.
Sebagai informasi, Klawing, sungai terbesar di Purbalingga memang kerap memakan korban. Pada hari yang sama, pagi korban ditemukan, terjadi lagi kejadian hanyut sore harinya. Alhamdulilah, korban yang juga masih remaja berhasil diselamatkan.
Pada November 2020, seorang remaja hanyut saat berenang di Bendungan Trowinangun, Desa Karangtengah, Kecamatan Kertanegara. Saat itu, ‘Tim Jenggala’ juga berperan besar dalam penemuan jenazah korban yang dua hari sejak tengelam baru ditemukan.
Uniknya, para penyelam dari Jenggala ini enggan dipublikasikan. Biasanya, mereka segera pulang setelah korban ditemukan.
Bendungan Trowinangun, Lokasi Korban Tenggelam November 2020 (Dok : www.korem071.mil.id) |
Curug Penisihan, Desa Palumbungan, Bobotsari ( Dok : Traveling Yuks via IG eira_arie4321) |
2 Responses to "Para Penyelam dari Jenggala"
Kue para penyelam jenggala khusus nang kali apa bisa nang laut ya om?
ng walik keceteken kang, ng Onje Bea ku Om ToTo apa Om Uji kwi kon ngelatih hehe
Post a Comment